JS Post by Label

Setiap Perkara Agama Harus Ada Salafnya

Asy-Syaikh Abu Fairuz Abdurrohman Al-Jawiy Al-Indonesiy .

Pertanyaan:

Apakah setiap amal ibadah itu harus ada Salafnya?

Jawaban dengan memohon pertolongan pada Alloh ta'ala:

Memang sebagian hizbul Ma'riyyah mendengung-dengungkan bahwasanya tidak setiap amal ibadah itu harus ada Salafnya, dan hal itu adalah bagian penyelisihan mereka terhadap salah satu prinsip Ahlussunnah Wal Jama'ah.

Dulu Abdurrohman Al Mar'iy Al 'Adaniy mengucapkannya adalah: "Bahwasanya sebagian masalah zaman ini tidak disyaratkan padanya ada salafnya (pendahulunya)". [Rujuk "Mukhtasharul Bayan"/ hal. 63]

Maka kamipun membantah mereka dengan ucapan para imam dan ulama, sebagai berikut:
Urusan agama itu harus ada Salafnya, secara nash ataupun istinbath, karena agama ini telah sempurna. Kalau tidak demikian maka akan terjatuh pada kebid'ahan, karena agama ini harus didasarkan pada Al Qur'an dan As Sunnah dengan pemahaman generasi terbaik. Dalil-dalil tentang masalah ini telah berlalu di awal-awal bab.

Al Kholifah 'Umar bin Abdul Aziz رحمه الله berkata dalam surat beliau kepada Adi bin Artho'ah رحمه الله:

فإني أوصيك بتقوى الله ، والاقتصاد في أمره ، واتباع سنة نبيه صلى الله عليه و سلم، وترك ما أحدث المحدثون مما قد جرت سنته ، وكفوا مؤنته ، فعليكم بلزوم السنة، فإن السنة إنما سنها من قد عرف ما في خلافها من الخطأ والزلل، والحمق والتعمق ، فارض لنفسك ما رضي به القوم لأنفسهم ، فإنهم عن علم وقفوا، وببصر نافذ قد كفوا ، ولهم كانوا على كشف الأمور أقوى وبفضل لو كان فيه أجري فلئن قلتم : أمر حدث بعدهم ، ما أحدثه بعدهم إلا من اتبع غير سنتهم ، ورغب بنفسه عنهم ، إنهم لهم السابقون ، فقد تكلموا منه بما يكفي ، ووصفوا منه ما يشفي ، فما دونهم مقصر ، وما فوقهم محسر ، لقد قصر عنهم قوم فجفوا وتجاوز آخرون فغلوا وإنهم فيما بين ذلك لعلى هدى مستقيم

"Maka sesungguhnya aku berwasiat kepadamu untuk bertakwa kepada Alloh dan sederhana di dalam urusan agama-Nya, dan mengikuti sunnah nabi-Nya صلى الله عليه و سلم dan meninggalkan perkara yang dibuat-buat oleh para ahli muhdatsat dari perkara yang sunnahnya itu telah berjalan. 

Dan para Salaf itu telah mencukupi tanggungannya maka wajib bagi kalian untuk berpegang teguh dan setia dengan As Sunnah, karena As Sunnah itu hanyalah disunnahkan oleh orang yang tahu bahwasanya di dalam penyelisihannya itu ada kesalahan dan ketergelinciran, ketololan dan berdalam-dalam. 

Maka ridhailah untuk dirimu apa yang para Salaf itu ridha dengannya untuk diri mereka. Karena sesungguhnya mereka itu berhenti berdasarkan ilmu, menahan diri juga berdasarkan pandangan yang tajam. Dan mereka itu lebih kuat untuk menyingkap berbagai perkara, dan lebih pantas untuk mendapatkan keutamaan kalau memang di situ ada keutamaan. 

Kalau engkau berkata: "Perkara tersebut terjadi sepeninggal mereka." Tidaklah membuat-buat sepeninggal mereka kecuali orang yang mengikuti selain jalan mereka, dan lebih mengutamakan diri sendiri dari pada para Salaf itu. 

Sesungguhnya mereka itulah para pendahulu yang hakiki. Mereka telah berbicara dalam hal tersebut dengan sesuatu yang mencukupi, dan menggambarkannya dengan sesuatu yang memuaskan. Perkara yang di bawah mereka adalah perkara yang membuat kurang, dan sesuatu yang melampaui mereka adalah sesuatu yang membuat capek. 

Sungguh suatu kaum telah bersikap kurang sehingga menjadi jauh dari petunjuk, sementara sekelompok yang lain telah berlebihan sehingga melampaui batas, dan sesungguhnya para Salaf itu ada di antara keduanya, benar-benar di atas jalan yang lurus." 

[Diriwayatkan oleh Abu Dawud (4612), Al Ajurriy dalam "Asy Syari'ah" (535), dan Ibnu Baththah (171)/ shohih]

Dan dari Al Imam Al 'Auza'iy yang berkata: Umar bin Abdil 'Aziz رحمه الله تعالى menulis surat:

أنه لا رأي لأحد في كتاب الله، وإنما رأي الأئمة فيما لم ينزل فيه كتاب، ولم تمض به سنة من رسول الله صلى الله عليه و سلم، ولا رأي لأحد في سنة سنها رسول الله صلى الله عليه و سلم

"Bahwasanya tidak boleh ada ro'yu bagi seorangpun di dalam Kitab Alloh, dan hanya ro'yu para imam di dalam perkara yang tidak turun tentangnya ayat Al Qur'an dan tidak berlalu dengannya suatu sunnah dari Rosululloh صلى الله عليه و سلم . Dan tidak boleh ada ro'yu bagi seorangpun di dalam suatu sunnah yang telah disunnahkan oleh Rosululloh صلى الله عليه و سلم." [Diriwayatkan oleh Ad Darimiy dalam "Sunan" (336) dan Al Ajurriy dalam "Asy Syari'ah" (100) dan dihasankan oleh Syaikhuna Yahya Al Hajuriy حفظه الله]

Al Imam Muhammad bin Sirin رحمه الله berkata: "Mereka (para ulama Shahabat dan Tabi'in) berpandangan bahwasanya mereka itu ada di atas jalan yang benar selama mereka itu ada di atas atsar." [Diriwayatkan oleh Ad Darimiy no. (140-141), Ibnu Baththah no. (251), dan Ibnu Abdil Barr dalam "Jami' Bayanil 'Ilm" (1/hal. 783), sanadnya shohih.]

Al Imam Ahmad Bin Hanbal رحمه الله berkata: "Prinsip-prinsip Sunnah menurut kami adalah: berpegang teguh pada ajaran yang dulu para Sahabat Rosululloh ada di atasnya, dan meneladani mereka, serta meninggalkan bid'ah-bid'ah, dan setiap bid'ah maka dia itu adalah kesesatan." ["Ushulus Sunnah"/Al Imam Ahmad"/hal. 2]

Al Imam Al Auza'iy رحمه الله berkata: "Andaikata perkara itu adalah baik niscaya hal itu tidak dikhususkan untuk kalian dan tidak didapatkan oleh para pendahulu kalian (generasi awal umat ini), karena Alloh tidaklah menyembunyikan dari mereka suatu kebaikan yang Dia siapkan untuk kalian tanpa dimiliki oleh mereka karena suatu keutamaan yang kalian miliki. Sementara mereka itu adalah para Shahabat Nabi kita عليه الصلاة والسلام , dan mereka adalah orang-orang yang dipilih oleh Alloh عز وجل , dan Nabi itu diutus di tengah-tengah mereka, dan Alloh mensifati Nabi dengan adanya mereka. Alloh جل وعلا berkata:

مُحَمَّدٌ رَسُولُ اللَّهِ ۚ وَالَّذِينَ مَعَهُ أَشِدَّاءُ عَلَى الْكُفَّارِ رُحَمَاءُ بَيْنَهُمْ ۖ تَرَاهُمْ رُكَّعًا سُجَّدًا يَبْتَغُونَ فَضْلًا مِنَ اللَّهِ وَرِضْوَانًا ۖ سِيمَاهُمْ فِي وُجُوهِهِمْ مِنْ أَثَرِ السُّجُودِ ۚ

"Muhammad adalah utusan Alloh. Dan orang-orang yang bersama beliau itu keras kepada orang-orang kafir dan menyayangi di antara mereka. Engkau melihat mereka itu ruku' dan sujud dalam rangka mencari karunia dari Alloh dan keridhoan-Nya. Alamat mereka di wajah-wajah mereka adalah berupa bekas sujud." -Hingga akhir ayat (QS. Al-Fath: 29)." 

[Selesai dari "Asy Syari'ah"/Al Ajurriy/no. (306)/cet. Darul Kitabil 'Arabiy), "As Sunnah"/Al Khallal/no. (672), "Al Ibanatul Kubra" (1214)/Ibnu Baththah, dan dishohihkan oleh Syaikhuna Abu Amr Al Hajuriy حفظه الله]

Dan Al Imam Al Auza'iy رحمه الله berkata:

عليك بآثار من سلف وإن رفضك الناس، وإياك وآراء الرجال وإن زخرفوه لك بالقول

"Wajib atasmu untuk mengikuti jejak-jejak para pendahulu (Salaf) walaupun orang-orang menolakmu. Dan hindarkan dirimu dari ro'yu-ro'yu para tokoh walaupun mereka menghiasinya dengan perkataan untuk menipumu." [Diriwayatkan oleh Al Ajurriy dalam "Asy Syari'ah" (119) dan dishohihkan oleh Syaikhuna Abdul Karim Al Hajuriy حفظه الله]

Maka mengikuti bid'ah-bid'ah, ro'yu dan perasaan yang menyelisihi dalil itu bukanlah jalan untuk memuliakan dan memenangkan Islam, bahkan hal itu membantu meruntuhkan Islam dan semakin menyurutkan kejayaannya, dan semakin memperbanyak fitnah.

كيف أنتم إذا لبستكم فتنة يهرم فيها الكبير، ويربو فيها الصغير، ويتخذها الناس سنة، فإذا غيرت قالوا: غيرت السنة . قالوا: ومتى ذلك يا أبا عبد الرحمن؟ قال: إذا كثرت قراؤكم، وقلت فقهاؤكم، وكثرت أمراؤكم، وقلت أمناؤكم، والتمست الدنيا بعمل الآخرة

Dan dari Ibnu Mas'ud رضي الله عنه yang berkata: "Bagaimana kalian jika terliputi oleh fitnah yang mana orang tua menjadi semakin renta di dalamnya, dan anak kecil tumbuh di dalamnya, dan manusia menjadikan itu sebagai sunnah, lalu jika sunnah mereka tadi dirubah, mereka berkata (dengan pengingkaran): "Sunnah dirubah?""

Murid Ibnu Mas'ud bertanya: "Dan kapankah itu terjadi wahai Abu 'Abdirrohman?"

Beliau menjawab: "Jika para pembaca Al Qur'an kalian banyak tapi ahli fiqih kalian sedikit, penguasa kalian banyak, tapi orang yang terpercaya di antara kalian sedikit, dan dunia dicari dengan amalan akhirat." 

[Riwayat Ad Darimiy (100), dan Ibnu 'Abdil Barr dalam "Jami' Bayanil 'Ilm" (1135)/shohih]

Adullah Ibnu Fairuz Ad Dailamiy رحمه الله berkata:

بلغني أن أول ذهاب الدين ترك السنة، يذهب الدين سنة سنة، كما يذهب الحبل قوة قوة

"Sampai berita kepadaku bahwasanya awal hilangnya agama ini adalah dengan ditinggalkannya sunnah. Hilanglah agama ini satu sunnah demi satu sunnah, sebagaimana tali itu hilang kekuatannya sedikit demisedikit." [Riwayat Ad Darimiy (98)/shohih]

Dari Hassan bin 'Athiyyah رحمه الله yang berkata:

ما ابتدع قوم بدعة في دينهم إلا نزع الله من سنتهم مثلها ثم لا يعيدها إليهم إلى يوم القيامة

"Tidaklah suatu kaum itu membuat bid'ah di dalam agama mereka kecuali Alloh akan mencabut dari sunnah yang ada pada mereka yang semisal dengannya, lalu sunnah itu tidak kembali pada mereka sampai Hari Kiamat." [Riwayat Ad Darimiy (99)/shohih]

Dan tidak ada jalan untuk memperbaiki agama umat ini kecuali dengan kembali pada kemurnian Sunnah Rosululloh صلى الله عليه و سلم sebagaimana yang dijalankan oleh generasi-generasi pertama umat ini, dan kita tidak menyelisihi mereka.

Al Khothib Al Baghdadiy رحمه الله berkata: "Ini dalam posisi jika para Sahabat berselisih pendapat dalam masalah tadi menjadi dua pendapat, dan zaman mereka habis di atas kedua pendapat tadi, maka sungguh para Tabi'in tidak boleh untuk mendatangkan pendapat yang ketiga, karena perselisihan Sahabat menjadi dua pendapat itu merupakan ijma' (kesepakatan) akan batilnya pendapat yang selain keduanya.

Sebagaimana ijma' para Sahabat terhadap suatu pendapat merupakan ijma' mereka tentang batilnya seluruh pendapat yang lain. Maka sebagaimana seseorang tidak boleh membuat pendapat kedua di dalam perkara yang disepakati oleh para Sahabat di atas satu pendapat; maka demikian pula dia tidak boleh membuat pendapat ketiga di dalam perkara yang disepakati oleh para Sahabat di atas dua pendapat."

[Selesai dari "Al Faqih Wal Mutafaqqih"/Al Khothib/1/hal. 435/ cet. Maktabah At Tau'iyyah Al Islamiyyah]

Abul Hasan Al Asy'ariy رحمه الله berkata: "Dan para ulama bersepakat bahwasanya, ... –lalu beliau menyebutkan beberapa poin, sampai pada ucapan beliau:- dan bahwasanya tidak boleh bagi satu orangpun untuk keluar dari pendapat-pendapat para Salaf, di dalam perkara yang mereka sepakati, ataupun di dalam perkara yang mereka perselisihkan, atau di dalam penakwilannya, karena kebenaran itu tidak mungkin keluar dari area pendapat-pendapat para Salaf." ["Risalatun Ila Ahlits Tsaghr"/Abul Hasan Al Asy'ariy/hal. 306-307/cet. Maktabatul Ulumi Wal Hikam]

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah رحمه الله berkata: "Dan setiap pendapat yang mana mutaakhhir (orang dari generasi belakangan) menyendiri dengan itu dari para mutaqaddimin (Sahabat, Tabi'in dan Atbaut Tabi'in –pen), dan dia tidak didahului oleh satu orangpun dari mutaqaddimin, maka sungguh dia keliru, sebagaimana ucapan Al Imam Ahmad Bin Hanbal: "Hindarkan dirimu untuk berbicara tentang suatu permasalahan yang mana engkau tidak punya imam di dalamnya."" ["Majmu'ul Fatawa"/21/hal. 291]

Al Imam Ibnu Rojab رحمه الله berkata: "Jangan engkau berbicara tentang Kitabullah atau tentang hadits Rosululloh dengan apa yang tidak diucapkan oleh Salaf." ["Majmu' Rasail Ibnu Rojab"/ dengan pemilihan Abu Abdillah Al Atsyubiy]

Syaikh kami Yahya Al Hajuriy حفظه الله ditanya oleh saudara kita Mahir bin Ali Ash Shabahiy حفظه الله: "Apakah disyaratkan untuk setiap masalah ada salaf (pendahulunya)?" Maka beliau حفظه الله menjawab: "Setiap masalah ada salafnya." [Rujuk "Mukhtasharul Bayan"/hal. 63]

Dan kami bantah juga para hizbul jadid dengan ucapan syaikh yang mereka agung-agungkan sendiri.
Asy Syaikh Rabi' Al Madkhaliy هداه الله saat saudara kita Mahir Bin Ali Ash Shabahiy حفظه الله tadi menyodorkan padanya soal terdahulu, beliau هداه الله menjawab: "Iya, setiap masalah harus ada salafnya."; Lalu beliau menyebutkan perkataan yang kesimpulannya adalah: Kita harus kembali pada salaf pada masalah-masalah yang ada, karena mereka adalah para pembawa agama, dan merekalah yang mengambil agama ini dengan segarnya dari Nabi صلى الله عليه و سلم dan menerapkan pengajaran-pengajaran agama ini dengan keberadaan Nabi صلى الله عليه و سلم dan persetujuan beliau, dan bahwasanya pengikat ini, pemahaman salaf, harus ada, karena masalah ini adalah jalan masuk yang darinya para pengekor kebid'ahan dan hawa nafsu." [Rujuk "Mukhtasharul Bayan"/hal. 63]

Dan para ulama rosikhin fil 'ilm di setiap zaman boleh berijtihad di dalam masalah diniyyah yang muncul di zaman mereka yang tidak muncul di zaman sebelumnya. Akan tetapi pastilah ijtihad yang tepat itu tidak akan keluar dari area bimbingan Salaf.

Al Maimuniy رحمه الله berkata: "Ahmad –Ibnu Hanbal رحمه الله- berkata kepadaku: "Wahai Abal Hasan, hindarkan dirimu untuk berbicara tentang suatu permasalahan yang mana engkau tidak punya imam di dalamnya."" ["Siyar A'lamin Nubala"/11/hal. 296/ cet. Ar Risalah]

Bukanlah makna dari "Imam" disini harus seorang imam yang sangat besar semacam Ibnul Mubarok, atau Ats Tsauriy atau Az Zuhriy dan semacam mereka رحمه الله, akan tetapi maksudnya adalah: orang alim yang diteladani dalam mengetahui kebenaran, di setiap zaman.

Al Khothib Al Baghdadiy رحمه الله berkata tentang keadaan para imam yang terkenal dari kalangan Atba'ut Tabi'in: "Dan mereka punya banyak orang-orang yang semacam dengan mereka dari kalangan para tokoh di setiap zaman, para ahli penelitian dan ijtihad. Maka apapun yang mereka sepakati; berarti hal itu adalah hujjah. Dan ijtihad (dalam masalah tadi) menjadi gugur jika telah adalah ijma' mereka tadi. Maka demikian pula jika mereka berselisih menjadi dua pendapat, tidak boleh bagi orang yang setelah mereka untuk membuat pendapat yang ketiga." ["Al Faqih Wal Mutafaqqih"/Al Khothib/1/hal. 433/ cet. Maktabah At Tau'iyyah Al Islamiyyah]

Al Imam Muhammad Al Ajurriy رحمه الله berkata: "Dan sifat ini dan semisalnya di dalam Al Qur'an menunjukkan kepada keutamaan para ulama, dan bahwasanya Alloh عز وجل menjadikan mereka sebagai imam bagi para makhluk yang mana mereka itu meneladani para ulama tadi." ["Akhlaqul Ulama"/karya Al Ajurriy/hal. 11/cet. Darul Atsar]

_______________________________

("DAKWAH JANGAN MEMAKAI MUSIK IKUTILAH GENERASI TERBAIK" | Asy Syaikh Abu Fairuz Abdurrohman Bin Soekojo Al Indonesiy Al Jawiy حفظه الله )

Sumber: t.me/MaktabahFairuzAdDailamiy/1837
Judul: Asli.
Diposting & Diedit seperlunya di Blog ini.
akhirot ridho Khathib Khotib Khatib Rajab ridhoilah Ahlus Sunnah Ahlissunnah Ahlis bidah Khalifah Artha'ah ra'yu Sahabat Tabiin ummat keridhaan Manhaj Salafy atsar bid'ah bidah maulid kebenaran
Lebih baru Lebih lama

نموذج الاتصال