JS Post by Label

Nasihat Tandas bagi yang Tidak Memiliki Sikap Tegas dalam Fitnah Abdurrohman

Asy-Syaikh Abu Abdirrohman Yahya Al-Hajuriy .
Penulis: Syaikh Yahya bin 'Ali Al-Hajuriy
Transkrip: Abu Turob & Abu Saif
Penterjemah: Muhammad Irham Al-Demaki

Darul Hadits Dammaj.
_______________________________

Muqoddimah

إِنَّ الحَمْدَ لله نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ، وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهِ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ، وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنْ لاَّ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ

أَمَّا بَعْدُ : فَإِنَّ خَيْرَ الحَدِيْثِ كِتَابُ اللهِ وَخَيْرَ الهَدْيِ هَدْيُ مُحَمَّدٍ صلى الله عليه وسلم، وَشَرُّ الأُمُوْرِ مُحْدَثَاتُهَا وَكُلُّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٍ ، وَكُلُّ بِدْعَةٍ ضَلاَلَةٍ ، وَكُلُّ ضَلاَلَةٍ فِي النّارِ أما بعد

Maka sesungguhnya Alloh تعالى telah berfirman di dalam kitabnya:
"Dan semua apa saja nikmat yang ada pada kalian,maka hal itu datangnya hanya dari Alloh." [QS. An-Nahl: 53]

Dan berkata pula Alloh تعالى di dalam Al-Quran yang mulia:
"Dan jika kalian mau menghitung nikmat Alloh tidaklah kalian dapat menghitungnya. Sesungguhnya manusia sangat dzolim lagi mengingkari nikmat Alloh." [QS. Ibrohim: 34]

Demikian pula Alloh تعالى berkata di dalam Al-Quran:
"Sesungguhnya bagi kaum Saba' ada tanda kekuasaan Alloh ditempat kediaman mereka yaitu dua buah kebun disebelah kanan dan sebelah kiri (kepada mereka dikatakan): "Makanlah kalian dari rezki yang dilimpahkan Alloh dan bersyukurlah kalian kepada-Nya. Negerimu adalah negeri yang baik dan Robmu adalah Alloh Al-Ghofur (Pengampun)." [QS. Saba': 15-17]

Kemudian Alloh تعالى mengganti nikmat yang diberikan kepada mereka tersebut dengan dua kebun yang ditumbuhi dengan pohon-pohon yang berbuah pahit, pohon Atsl dan sedikit dari pohon Sidr. Hal ini disebabkan sikap mereka yang masa bodoh terhadap kebaikan dan kenikmatan Alloh تعالى yang dilimpahkan kepada mereka dan tidak bersyukur kepada-Nya.

Sesungguhnya nikmat Alloh تعالى akan hilang karena sebab sikap masa bodoh dan ingkar kepada nikmat tersebut sebagaimana firman Alloh تعالى :
"Dan ingatlah, ketika Alloh memaklumkan: "Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti kami akan menambah nikmat-Ku kepada kalian dan jika kamu menginkari nikmat-Ku maka sesungguhnya adzab-ku sangat pedih."" [QS. Ibrohim: 7]

Demikian juga nikmat Alloh تعالى akan hilang disebabkan adanya perubahan terhadap nikmat tersebut dan tidak adanya perhatian dan perawatannya sebagaimana firman Alloh تعالى:
"Yang demikian (siksaan) itu adalah karena sesungguhnya Alloh sekali-kali tidak akan merubah suatu nikmat yang telah dilimpahkannya kepada suatu kaum hingga kaum tersebut merubah apa yang ada pada diri mereka sendiri." [QS. Al Anfal: 53]

Usaha Para Pengkhianat Untuk Menghancurkan Dakwah

Bertolak dari prinsip agama ini dan juga bersamaan dengan wajibnya bagi kita untuk saling mengingatkan diantara kita, dan mengingat nikmat-nikmat Alloh عز و جل yang telah dilimpahkan kepada kita, maka wajib bagi kita untuk menjaga kebaikan ini yang telah dianugrahkan kepada kita dalam rangka mengamalkan perintah Alloh تعالى:
"Maka ingatlah kalian tehadap nikmat-nikmat Alloh kepada kalian supaya kalian menjadi orang-orang yang beruntung." [QS. Al A'rof: 69]

Maka sesungguhnya kami melihat bahwasanya kebaikan ini yang telah dianugerahkan Alloh عز و جل kepada kita dari keutamaan-Nya dan kemurahan-Nya, yakni dengan terwujud nya Markaz yang Mubarok beserta kebaikan yang banyak yang ada padanya ini, melalui tangan seorang yang terpercaya dan sholih dengan kegigihan dan usaha besarnya telah mencurahkan segenap kemampuannya dalam menunaikan kewajiban besar yang diembannya, yaitu menjelaskan Al-Haq dari kebathilan dan memperingatkan ummat dari kata-kata indah yang menipu serta membongkar tipu daya dan kecurangan para penipu dakwah yang menjadikan dakwahnya permainan- kita berdoa mudah-mudahan Alloh merohmatinya (Syaikh Muqbil رحمه الله) dan memperbesar pahalanya disisinya serta menjaga jerih payahnya dalam mewujudkan amalan yang bagus ini – sesungguhnya sejak dulu telah bangkit disana orang-orang yang mempunyai keinginan yang jelek (tendensi) terhadap dakwah yang suci ini. Mereka takut perkembangan dan kekuatan dakwah ini sehingga mereka bersemangat untuk kemudian bangkit untuk merusak hasil dakwah tersebut dengan cara mengiming-imingi para thulabul 'ilmi (yang telah berhasil meraih prestasi dalam berbagai disiplin 'ilmu atau mahir dalam pidato dan menulis buku serta orang-orang yang semangat menuntut 'ilmu) dengan perhiasan dunia. Mulailah syaithon menggoda mereka, demikian juga para pemilik dunia dan Jam'iyyah tidak ketinggalan bermain dari dalam agar mereka meninggalkan kegiatan belajarnya/tholabul 'ilmi dan sibuk dengan dunia.

Melihat fenomena yang demikian, Syaikh Muqbil رحمه الله selama lima tahun lebih, senantiasa memperingatkan dan mengingatkan mereka. Beliau berkata: "Hal ini adalah hizbiyyah yang tersembunyi."

Adapun sebab perkataan beliau ini adalah karena beliau melihat adanya sikap kecondongan terhadap kebathilan dan mulai munculnya bibit-bibit fitnah yang menjangkiti sebagian para santrinya. Beliau melihat bahwa beliau telah bekerja keras dalam memberikan nasehat yang sungguh-sungguh, murni dan segar akan tetapi banyak santrinya yang berjatuhan dan terbengkelai. Tentunya hal ini ada penyebabnya? sebabnya adalah fitnah dunia oleh karena beliau senantiasa memperingatkan hal ini dan kita semua mengetahui tentang peringatan beliau tersebut bahwa ini adalah hizbiyyah yang tersembunyi.

Pada suatu ketika diawal fitnah Az-Zindani (yang pada waktu itu belum ada seorangpun yang mengatakan bahwa Zindany adalah tokoh hizby yang sesat), ketika itu Syaikh Muqbil رحمه الله mulai menjelaskan tentang Fitnah Az-Zindani dan di majelis beliau ada salah seorang santrinya yang bernama 'Abdulloh bin Gholib dan satu orang lagi yang bernama Qosim Al-'Udaini. Ketika beliau sedang berceramah, dua orang yang berada diakhir majelis ini mencibir ucapan Syaikh Muqbil رحمه الله (padahal majelis Syaikh Muqbil رحمه الله waktu masih kecil sekali) dengan mengatakan bahwa perkataan beliau رحمه الله tentang Az-Zindani tidak betul. Maka berkata Syaikh Muqbil rohimahulloh : "Matikan tape perekam." Kemudian dimatikanlah tape perekam, setelah itu beliau رحمه الله berkata : "Duhai kalau seandainya dua orang ini dikeluarkan dari majelis.";

Demikian gambaran dari usaha dalam merintangi perjalanan dakwah Ahlussunnah yang dilakukan oleh mereka dari sana dan sini, akan tetapi hal itu tidak banyak berpengaruh karena thullab/pelajar pada waktu itu masih sedikit, kemudian yang kedua tidak ada dari Ahlussunnah orang yang berpengaruh yang berusaha menyalakan fitnah.

Adapun dua orang tersebut hanyalah bagian dari para pelajar pemula, yang jika berdiri salah seorang dari mereka seperti Al-Baidhoni atau si fulan dan fulan menentang dakwah, mereka tidak akan banyak menimbulkan pengaruh dalam dakwah. Oleh karena itu dakwah hizbiyyah mereka segera lenyap dan hilang dan dengan itu pula gagallah segenap usaha dari Jam'iyyah Ihyautturots, Jam'iyyah Hikmah atau Jam'iyyah-Jam'iyyah lainnya yang menginginkan hancur dan bekunya dakwah Ahlussunnah ini dengan cara merusak hasil dari buah dakwah (yakni mereka merusak dakwah dengan cara merekrut para santri hasil didikan Ahlussunnah untuk merusak dakwah Ahlussunnah).

Namun syaithon menipu mereka dan menghiasi khayalan mereka bahwa dakwah Ahlussunnah telah lemah sehingga Abdul Majid Ar-Roimi sampai mengatakan, sebagaimana yang dinukil dari perkataannya bahwa dia berkata tentang Syaikh Muqbil رحمه الله: "Kafilah akan tetap berjalan, barang siapa yang ingin mengikuti kafilah tersebut di persilahkan, dan barang siapa yang tidak mau ikut maka sesungguhnya kafilah tidak akan merugi."

Lihatlah bagaimana tipu daya dan sikap besar kepala yang ada pada mereka pada awal munculnya hizbiyyahnya.

Akan tetapi 'Abdul Majid Ar-Roimi sekarang menjadi orang yang terlantar didalam dakwahnya, dia menjadi orang yang suka mengumpulkan uang dari para pengusaha di Emirat. Dia mengatakan kepada para pengusaha tersebut -sebagaimana kabar yang kami terima- : "Ayo bersedekahlah kalian, belanjakan harta kalian di jalan Alloh."; Biasanya dia pergi ke Emirat di bulan Ramadhon dari satu pengusaha kepada pengusaha yang lainnya untuk menjadi imam sholat mereka.
Padahal kalau seandainya dia istiqomah diatas manhaj Ahlussunnah, mungkin ma'hadnya akan dipenuhi para santri sehingga dia tidak perlu lagi untuk berpindah dari satu negeri ke negeri yang lainnya.

Fitnah Abul Hasan Al-Mishri

Kemudian datang fitnah berikutnya dari Abul Hasan setelah meninggalnya Syaikh Muqbil رحمه الله sebagaimana yang telah kalian ketahui. Makarnya terhadap ma'had sama seperti yang dilakukan para hizbiyyun dizamannya Syaikh Muqbil رحمه الله walaupun caranya berbeda-beda.

Mereka (hizbiyyun) tidak mengetahui lagi bagaimana cara masuk untuk menghancurkan Ma'had ketika berbagai fitnah mereka yang sebelumnya telah kandas. Mereka memikirkan bagaimana cara untuk memulai fitnahnya lagi akan tetapi semua pintu telah tertutup. Thullab yang mau pergi karena terkena fitnah hizbiyyah sudah pada pergi, sementara sebagian mereka yang masih tersisa sudah putus asa tidak punya pengaruh lagi. Tempat belajar semuanya sudah marak dengan 'ilmu dan kebaikan, barang siapa yang berani menunjukkan pemikiran hizbiyyahnya akan segera dibungkam dan akan dijelaskan kepada ummat kedustaannya sehingga menjadi orang yang terusir dari ma'had. Dengan demikian bersihlah ma'had dari hizbiyyah dan bangkrutlah semua usaha mereka.

Namun setelah itu syaithon menyalakan api fitnah melalui Abul Hasan Al-Mishri beberapa tahun sebelum meninggalnya Syaikh Muqbil رحمه الله. Sebagaimana hal ini diakui sendiri olehnya bahwa ia menginginkan kebaikan yang ada disini segera sirna dan terbengkalai karena keberadaan markaz Dammaj dengan segenap kebaikan yang ada padanya sangat membuatnya marah.

Berbagai Jam'iyyah telah mengeluarkan jutaan Dolar untuk mewujudkan kebaikan seperti yang terwujud disini akan tetapi tidak ada yang berhasil sedikitpun bahkan tidak berhasil walaupun sepersepuluhnya. Demikian juga orang-orang yang mempunyai niat jelek terhadap dakwah ini dari segenap para pengikut kelompok-kelompok sesat tidak mampu untuk mewujudkan kebaikan seperti ini. Intinya mereka semuanya gagal dan tinggallah Abul Hasan yang mempunyai program akan tetapi program tersebut gagal pula. 

Diantara programnya adalah memberikan tugas kepada para thullab yang berprestasi untuk memegang kepengurusan di masjid-masjid di negeri Yaman.
Program ini ia lakukan ketika Syaikh Muqbil رحمه الله masih hidup. Hasilnya, thullab yang didalam hatinya ada keraguan dan tidak mempunyai rasa qona'ah dengan kebaikan yang ada pada Ahlussunnah dan tidak qona'ah untuk belajar dengan Syaikh Muqbil رحمه الله (padahal beliau adalah peletak dakwah Ahlussunnah pertama di Yaman), mereka pergi ke Ma'rib dan menghabiskan waktunya disana, terkadang mereka melakukan pembahasan 'ilmiah dengan Abul Hasan akan tetapi tidak menghasilkan sesuatu hal yang bermutu dari pembahasan tersebut.

Diantara para thullab yang pergi ke Ma'rib adalah orang-orang 'Aden dan orang-orang Libya dan yang lainnya. Ada sebagian dari mereka yang menetap di Ma'rib sehingga dengan ini Abul Hasan berbangga bahwa dia telah mempunyai ma'had dan dakwah serta para pengikut.

Sebelumnya Abul Hasan adalah orang yang mempunyai Jam'iyyah. Akan tetapi Syaikh Muqbil رحمه الله tidak mengetahuinya dan baru tahu sekitar empat tahun sebelum kematian beliau رحمه الله. Hal ini disebabkan karena Abul Hasan berusaha untuk menyembunyikan keberadaan jam'iyyahnya. Baru kemudian ketika empat tahun sebelum meninggalnya Syaikh Muqbil رحمه الله, Abul Hasan mengakui bahwa dia punya jam'iyyah dan dia sendiri yang bertindak sebagai kepala jam'iyyah tersebut. Setelah itu kemudian dia berani mengatakan dengan terang-terangan bahwa jam'iyyahnya berbeda dengan jam'iyyah-jam'iyyah yang ada sebelumnya. Jam'iyyahnya adalah jam'iyyah Salafiyyah yang memberikan bantuan hanya kepada Ahlussunnah saja. Demikian syubhatnya terus menyebar sehingga sebagian orang hampir termakan dengan tipu dayanya ini.

Sebenarnya Abul Hasan adalah seorang yang mempunyai doktrin yang ingin dia susupkan ke dalam manhaj Ahlussunnah akan tetapi usahanya tersebut senantiasa gagal karena Syaikh Muqbil رحمه الله pada waktu itu jika melihat dia menampakkan sesuatu penyelisihan manhaj maka beliau akan segera membantahnya.

Abul Hasan dihadapan Syaikh Muqbil rohimahulloh hanyalah seorang santri yang datang dari Mesir melalui Jama'ah Hijroh yang ada disana kemudian pergi ke Ma'rib mengajar anak-anaknya disana, yang jika ada sesuatu tekanan terhadap pelajar Libya dari Pemerintah Yaman kepada Syaikh Muqbil رحمه الله dia berkata: "Demi Alloh, jika kalian datang kepadaku dengan perangkat perang untuk menghancurkan rumahku, aku tidak akan mengokang senjataku melawan kalian. Akan tetapi aku disisi lain tidak kuasa untuk menyerahkan mereka (para pelajar Libya) kepada kalian karena mereka datang dalam rangka untuk menjalankan perintah Alloh dan Rosul-Nya dan dalam rangka untuk menuntut 'ilmu agama, maka jika kalian ingin menangkap mereka silahkan tangkaplah mereka."

Dengan sebab perkataannya yang bernada pembelaan kepada thullab inilah, banyak para pelajar Libya yang akhirnya memilih pergi ke Ma'rib sehingga akhirnya Ma'rib menjadi tempat berkumpulnya orang-orang Libya. Dari sinilah kemudian muncul bibit-bibit musuh dakwah Ahlussunnah (semoga Alloh عز و جل menjaga kita dari kejelekan mereka).

Sebenarnya permusuhan mereka adalah dalam rangka untuk menghabisi kebaikan yang ada disini dan menghancurkan buah dakwah ini kemudian setelah itu mereka bisa memperluas bangunan rumah mereka untuk kenyamanan anak istri dan keluarganya. Alloh تعالى berfirman:
"Mereka menginginkan padamnya cahaya Alloh dengan mulut-mulut mereka akan tetapi Alloh tidak mau kecuali menyempurnakan cahaya –Nya tersebut." [QS. At-Taubah: 32]

Maka hasil dari permusuhan ini adalah mereka menjadi orang yang sesat/terlantar dan menelantarkan orang-orang yang lainnya. Sekarang mereka menjadi para da'i demokrasi, menghalalkan televisi di dalam rumah-rumah mereka dan lain sebagainya dari keadaan mereka yang kalian sendiri sudah mengetahuinya (yakni menjadi hizby dan ahli maksiat) Alloh telah menjaga kita dari kejelekan mereka dan membela kebaikan yang ada ini.

(Kembali kepada kisah fitnah Abul Hasan), Ketika aku melihat fitnahnya, aku selama satu tahun lebih -dan Ikhwan menyaksikan yang aku lakukan ini- senantiasa berusaha untuk menjelaskan kepada Ahlussunnah baik dimasa Syaikh رحمه الله masih hidup maupun setelah kematian beliau رحمه الله sehingga mereka melaporkan hal ini kepada Syaikh Muqbil رحمه الله dengan berkata, "Ya Syaikh, Yahya menggunjing Abul Hasan." namun Syaikh Muqbil رحمه الله menjawab: "Biarkan dia karena beliau berbicara bukan karena hawa nafsu akan tetapi berdasarkan apa yang beliau ketahui." Semua orang yang hadir di majelis tersebut mendengar ucapan Syaikh Muqbil رحمه الله tersebut.

Kemudian mereka juga berkata lagi, "Ya Syaikh Muqbil, Yahya menggunjing Su'ud Al-Maliki." Syaikh Muqbil رحمه الله menjawab: "Biarkan dia. Ucapan beliau hanyalah bentuk nasehat." Ada lagi yang masih tersisa, yaitu Syaikh Robi' s menelponku dan berkata: "Ya Akhi, diamlah kamu, kamu jangan menggunjing lagi Syaikh Abul Hasan. Tutup mulutmu terhadap beliau." Demikian beliau s berkata kepadaku pada waktu itu. Maka aku jawab: "Ya Akhi, aku melihat dan mendengar sesuatu, bagaimana aku diam terhadap sesuatu yang aku menyaksikan sendiri dan mendengarnya? Demi Alloh, aku pasti akan jelaskan siapa sesungguhnya dia."

Maka aku tetap pada prinsipku, sampai akhirnya menjadi jelas perkara yang sesungguhnya dan hilanglah sekarang sebagian perkara yang kalian ingkari dariku. Kemudian pada masa akhir fitnah, mereka mengumpulkan beberapa point kesalahan-kesalahan Abul Hasan yang mereka tulis dari apa yang mereka ketahui dan mereka saksikan sendiri karena mereka yang belajar kepadanya. Kemudian setelah itu, kumpulan kesalahan tersebut dikirim kepada Syaikh Robi' s sampai akhirnya keluar jawaban beliau dari sana.

Sementara itu, sebagian Masyayikh di Yaman sini pada waktu itu masih mengatakan bahwa Abul Hasan adalah Imam, sebagian lagi mengatakan bahwa Al-Hajuri tidak bisa mengajar kitabnya Abul Hasan -demi Alloh mereka mengatakan ini- dan sebagian lagi mengatakan bahwa mereka (kelompoknya Abul Hasan) mempunyai kesalahan dan Al-Hajuri juga mempunyai kesalahan. Dan seterusnya, masih banyak lagi dari perkataan-perkataan mereka yang lainnya.

Pada suatu hari mereka berkunjung ke Ma'had Dammaj sini yakni setelah keluarnya fatwa Syaikh Robi' dan setelah aku lelah menjelaskan tentang penyimpangan Abul Hasan, berkata Syaikh Robi' s kepada mereka: "Mengapa kalian tidak mau bekerja sama denganku untuk membongkar fitnah/ penyimpangannya Abul Hasan?" Para Masyayikh menjawab: "Insya Alloh, Ya Syaikh." Seminggu kemudian mereka baru menyambut permintaan Syaikh Robi' s dan menjelaskan kepada Ahlussunnah tentang dua puluh penyimpangan Abul Hasan terhadap prinsip Ahlussunnah –padahal mereka sebelumnya mengatakan: "Mana buktinya bahwa Abul Hasan menyelisihi dua puluh prinsip Ahlussunnah?" -namun kemudian mereka akhirnya bahu-membahu menjelaskan tentang fitnah Abul Hasan dengan mengatakan bahwa Abul Hasan telah memecah belah dakwah Ahlussunnah, telah berbuat ini dan itu sampai akhirnya dakwah menjadi bersih dan kembali diatas kebaikan. Walhamdulillah.

Fitnah Sholih Al-Bakri

Berlalu fitnah Abul Hasan, kemudian datang fitnah berikutnya dari Sholih Al-Bakri. Dia adalah seorang yang sombong dan lupa diri. Diantara pernyataannya: "Ma'had Dammaj sekarang berubah menjadi ma'had Al Asy'ary." Dia juga berkata: "Duhai seandainya kalau 'Ulama Yaman yang menamakan dirinya 'ulama, mereka mau naik truk gandeng yang membawa mereka ke Su'udi untuk menuntut 'ilmu lagi karena sesungguhnya mereka belum bisa berdakwah."

Sholih Al-Bakri ini disini dulu didukung oleh orang-orang yang sangat fanatik kepadanya dari orang-orang daerah Yafi' -sebagian pendukungnya ini sekarang menjadi para pendukung fanatik partai komunis-.

Gerakan mereka adalah dengan menyebarkan malzamah-malzamah yang berisi omong kosong, kedustaan dan berita yang dibuat-buat dan dibesar-besarkan/bombastis yang hanya Alloh عز و جل saja yang mengetahuinya. Mereka mengatakan: "Al-Hajuri menggunjing 'ulama seperti Syaikh Falih Al-Harbi (sekarang menjadi da'i hizbi). Al-Hajuri memerangi Ahlussunah sekaliber Syaikh Falih Al-Harbi, Al-Hajuri tidak mengerti kedudukan 'ulama seperti Syaikh Falih Al-Harbi," kemudian mereka mengumpulkan sepuluh atau dua puluh point kesalahanku terhadap Falih Al-Harbi.

Malzamah-malzamah tersebut sampai sekarang masih ada padaku dan aku simpan. Namun semua fitnah tersebut akhirnya kandas. Syaikh Robi' pada waktu itu mengirim pesan melalui Abu Bakr dan orang yang bersamanya, beliau berkata: "Biarkan mereka, tahanlah lisan kalian dari bicara tentang Bakry." Aku berkata: "Kami lebih tahu tentang kejelekannya, tuan rumah lebih tahu tentang kondisi rumahnya."Aku tetap menjelaskan keadaan Al-Bakri, sampai akhirnya Alloh عز و جل kemudian menyelamatkan dakwah Salafiyyah dari fitnahnya. Walhamdulillah.

Namun apa kata Masyayikh pada waktu itu? Mereka berkata: "Kami tidak meninggalkan seseorang sampai orang tersebut yang meninggalkan kita." Akhirnya Bakri meninggalkan mereka. Para Masyayikh tercengang ketika Bakri mulai menggunjing mereka. Setelah ada gunjingan tersebut baru kemudian mereka mengambil sikap terhadapnya dan meninggalkan Bakri. Semua ini terjadi karena mereka memegang prinsip tidak akan meninggalkan seseorang sampai orang tersebut yang meninggalkan mereka.

Padahal yang wajib adalah seharusnya seseorang meninggalkan orang lain karena penyimpangannya terhadap prinsip manhaj Ahlussunnah atau karena permusuhannya terhadap dakwah atau karena jauhnya orang tersebut dari kebenaran, bukan sekedar karena dia meninggalkan kita baru kita meninggalkannya. Prinsip yang benar seharusnya meninggalkan orang yang mempunyai sifat-sifat diatas baik orang tersebut mau meninggalkan kita atau mendekati kita.

Akhirnya hilang dan berlalulah fitnah Sholih Al-Bakri. Kemudian Muhammad Bin 'Abdul Wahab ikut mencibirnya dengan menjulukinya sebagai munafiq berdalil dengan surat Muhammad:
"Atau apakah orang-orang yang ada penyakit dalam hatinya mengira bahwa Alloh tidak akan menampakkan kedengkian mereka? Dan kalau Kami menghendaki, niscaya Kami tunjukkan mereka kepadamu sehingga kamu dapat mengenal mereka dengan tanda-tandanya.dan kamu benar-benar akan mengenal mereka dari kiasan-kiasan kata mereka. dan Alloh mengetahui perbuatan-perbuatan kamu." [QS. Muhammad: 29-30]

Fitnah 'Abdurrohman Al–'Adani

Berkata 'Abdurrohman Al-'Adani ketika kita berkumpul di ruang tamu: "Tidak ada yang aku sembunyikan dari kalian, dan aku berterus terang kepada kalian bahwa setelah jatuhnya Al-Bakri datang kepadaku beberapa orang sembari mengatakan: "Bangkitlah kamu."" Disini aku ingin tekankan perhatian ikhwan kepada rencana dari orang yang mengatakan kepadanya: "Bangkitlah kamu." Maka pergilah setelah itu 'Abdurrohman untuk 'Umroh.

Sudah menjadi kebiasaannya bahwa dia tidak mau pergi dakwah kecuali minta izin dahulu kemudian mengambil mobil dakwah dan uang perbekalan secukupnya kemudian berangkat berdakwah ( ).

Jika kembali dia menceritakan perjalanan dakwahnya kemudian kami memujinya dengan kebaikan. Aku tidak mengira kalau disana ada orang yang memujinya sebagaimana aku memujinya. Hal ini aku lakukan -Demi Alloh- agar dia menjadi orang yang teguh, sekaligus sebagai penyemangat baginya dan dalam rangka memuliakannya.

Akan tetapi orang ini tidak tahu kebaikan orang yang berbuat baik kepadanya, ternyata dia adalah orang yang mempunyai itikad tersembunyi yang tidak baik. Bertahun-tahun tinggal di Dammaj tidak mau mengajar atau khutbah. Diam tidak bergerak sembari beralasan: "Aku sakit, aku sakit." Jika datang orang dari So'dah minta ceramah aku katakan kepada mereka: "Datanglah kalian kepada Syaikh 'Abdurrohman, berilah semangat agar beliau mau bergerak dan berangkat ketempat kalian untuk ceramah serta giat dalam berdakwah atau bisa bekerja sama dengan kalian."

Demikian pula Ikhwan, mereka meminta kepadanya untuk mengajar kitab "Muqoddimah Ushul Tafsirnya Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah." Dia sambut permintaan ini dan pelajaran ini adalah pelajaran pertama yang dia ajarkan setelah dia menggunakan istilahnya "Aku sakit." Namun ia menjabarkan isi pelajaran tersebut dengan penjelasan yang sangat tidak bermutu. Sementara itu berkumpul disekelilingnya orang-orang yang aku telah isyaratkan di depan dari orang-orang yang mempunyai tujuan tersembunyi yakni orang-orang yang ingin membangkitkan fitnahnya yang senantiasa bersenandung: "Al-Faqih, Al-Faqih."

Padahal demi Alloh, 'Abdurrohman Al-'Adani sangat jauh dari sifat tersebut, akan tetapi mereka mengatakan itu dalam rangka untuk membesar-besarkan kedudukannya agar orang terpesona dengannya. (Bagaimana dikatakan faqih), sementara dia hanya monoton mengajar kitab Darori (kitab fiqih) sejak dia memulai kiprahnya dalam dakwah. Selesai mengajar kitab tersebut, ia ulang dari awal lagi dan begitu seterusnya. Pernah dia mengajar pelajaran Mustholah Hadits karangan At-Tohhan yang buku tersebut merupakan ringkasan dari kitab Nuzhah karangan Al-Hafidz Ibnu Hajar رحمه الله namun dia tidak pernah mengajar Nuzhah itu sendiri.

Adapun pada cabang 'ilmu Ushul Tafsir, dia dulu pernah belajar dengan Abu Hafs Al-'Arabi Al-Mishri. Abu Hafs adalah seorang yang demi Alloh dia dulu membanggakan dirinya, dia berkata: "Thullab di Mazro'ah seperti ayam di dalam pekarangan yang tidak tahu menahu tentang ilmu. Adapun Syaikh Muqbil رحمه الله menghargai aku karena beliau mengambil faedah 'ilmu dariku."

Demi Alloh, aku (Syaikh Yahya s) sangat sesak mendengar perkataannya, mereka yang hadir tahu hal tersebut, sehingga aku berdiri selesai sholat Isya' membantah ucapannya. Aku berkata: "Dia orang yang meninggalkan sholat Shubuh berjama'ah, dia itu begini, begini..." Masuklah setelah itu beberapa orang kepada Syaikh رحمه الله melaporkan perkataanku tersebut akan tetapi Syaikh رحمه الله tidak mau mendengar perkataan mereka."

Kemudian setelah kejadian tersebut Abu Hafs menulis beberapa ta'liqot (catatan kaki) terhadap beberapa kitab Ushul Fiqh seperti kitab "Al-Mudzakiroh" karangan Asy-Syinqithi رحمه الله dan beberapa kitab yang lainnya, setelah itu kemudian Abu Hafs pergi dakwah ke daerah Kuna. Sampai di kampung tersebut dia meminta syarat kepada warga untuk menyediakan setiap hari daging ayam dan jeruk impor untuk istrinya yang sedang hamil. Demikian kenyataan yang ada, kalian bisa tanya kepada warga kampung tersebut -Abu Hafs menyusahkan mereka- padahal warga Kuna pada waktu itu masih dalam suasana yang kritis karena adanya permusuhan dan perselisihan diantara mereka, sehingga dengan hal ini tidak diketahui siapa yang memihak kepada Abu Hafs dan siapa yang memusuhinya. Oleh karena itu, warga Kuna mengumpulkan beberapa point kritikan yang hasil akhirnya mereka sepakat untuk mengeluarkan Abu Hafs dari kampung mereka setelah memberikan penghormatan dan jamuan yang menjadi persyaratannya.

Demikian juga mereka dahulu pernah menghormati dan menjamu Usamah Al-Qusi Al-Mishri ketika singgah dan tinggal di Kampung Kuna tersebut, akan tetapi ketika sebagian Ikhwan dari Kuna pergi ke tempatnya Usamah Al-Qusi di Mesir, ia sama sekali tidak mau menjamu Ikhwan tersebut walaupun cuma sekedar secangkir teh ataupun jamuan yang selayaknya terhadap tamu.

Baiklah, adapun cerita selanjutnya tentang Abu Hafs adalah kepergiannya setelah itu ke Bani Dhobyan. Suatu ketika aku bersama Syaikh Muqbil رحمه الله makan siang di ruang tamu bersama salah seorang tamu bernama Ali Al-Jal. Dia berkata: "Ya Syaikh, Kami mengharapkan agar barang siapa yang ingin keluar dakwah supaya singgah sebentar/ziaroh ke tempatnya Abu Hafs, karena warga masyarakatnya sekarang meninggalkannya."

Syaikh Muqbil رحمه الله kemudian menjawab: "Tidak, tidak, tidak, tidak boleh seorangpun boleh pergi ke Abu Hafs sampai dia memperbaiki akhlaknya, kalau dia sudah memperbaiki dirinya sendiri baru boleh thullab ziaroh kepadanya, Insya Alloh." Namun kisah terakhir dari Abu Hafs ini, dia terkucil dan akhirnya pulang ke Mesir.

Demikianlah, kisah-kisah diatas merupakan fenomena yang mengotori perjalanan dakwah. Ketika telah berakhir satu permasalahan muncul permasalahan yang berikutnya, ketika selesai fitnahnya Sholih Al-Bakri, kita disibukkan dengan fitnah 'Abdurrohman Al-'Adani yang menghasung kebanyakan orang-orang yang terhina yang terhalangi dari taufiqnya Alloh. apa sebabnya? sebabnya adalah gila sanjungan dan pujian orang. Pergi untuk dakwah kemudian memberikan ceramah sepuluh menit setelah itu berkata: "Aku capek, aku sakit." setelah itu ia berkata: "InsyaAlloh, ceramah berikutnya akan dilanjutkan oleh Syaikh Fulan, kepada Syaikh Fulan dipersilahkan..!" Kemudian Syaikh Fulan tersebut yang meneruskan ceramahnya menyanjungnya dengan menyebutnya: "Syaikhuna (syaikh kami), Wafaqihuna (orang kami yang faqih)," dan kemudian bicara kesana kemari tanpa 'ilmu. 

Demi Alloh, kondisi ini yang sebenarnya terjadi. Mereka bicara tanpa 'ilmu. Akan tetapi aku berkata tentang mereka: "Biarkan mereka berdakwah, biarkan mereka semoga Alloh memberikan taufiq kepada mereka." Aku tidak ada masalah terhadap mereka. Barang siapa yang ingin keluar dakwah atau ceramah dipersilahkan pergi, jika ingin memakai mobil milik dakwah dipersilahkan untuk memakainya. Aku tidak akan mempersalahkan hal tersebut dan aku tidak akan melarangnya dari hal yang seperti ini. Mereka mengambil mobil dan membawanya ('Abdurrohman Al-'Adani) pergi. Sampai ketika datang waktu Ashar, mereka berteriak: "Mobilnya si fulan berangkat, mobilnya si fulan dan fulan .." sampai terkumpul enam mobil, aku tidak mempermasalahkan hal itu semua. Hatiku tetap tenang dan tidak ada masalah.

Akan tetapi rupanya dia sedang menjalankan program barunya, sampai akhirnya kami tidak tahu ternyata dia sudah mengambil sebagian thullab, para juru khutbah, dan para penulis kitab dan memprovokatori/memanas-manasi mereka dengan berita-berita yang menyesatkan dan dengan permasalahan-permasalahan yang lainnya. Diantara perkataannya yang dikatakannya kepada thullab: "Syaikh Yahya penakut, dia cuek tidak tanggap terhadap permasalahan." Berkata Yahya As-Sabuwi: "Sekarang kembali menjadi debu." -yakni sekarang mereka menganggap bahwa dakwah di Dammaj akan segera berakhir- si Fulan disana telah berhasil demikian, dan bersamanya Fulan yang lain dari arah sana, pokoknya dakwah akan segera berakhir.

Lihatlah makar dan kedustaan yang mereka lakukan!

Pada suatu hari di bulan Romadhon ketika aku sedang tasmi' Al-Qur'an dengan Al Akh Faiz di masjid, datang kepadaku Al-Akh Nabil Al-'Umari -semoga Alloh memberinya taufiq- menyodorkan kepadaku kertas. Sebelum itu pula telah disodorkan kepadaku kertas yang isinya sama oleh Al-Akh 'Abdulloh Al-Mathhani Al-Qodiri, adapun isi kertas tersebut adalah: "Kamu begini dan kamu begitu." Aku berkata: "Isi kertas tersebut adalah kedustaan, manipulasi dan perkara-perkara lainnya yang dibuat-buat, misalnya mereka mengatakan bahwa perkataanku tidak mudah untuk dipahami ketika berbicara dan lain sebagainya dari perkara yang mengherankan." 

Ini semuanya adalah pengacauan -Demi Alloh- aku sebelumnya tidak tahu kalau disana ada pengacauan. Aku menyangka disana ada majelis ta'lim/muhadhoroh dan engkau-yakni Akh Nabil datang kepadaku untuk meminta pertimbangan atau pendapatku tentang hal tersebut.

Namun kemudian setelah itu datang Akh Nabil membawa buku dan menyampaikan isinya kepadaku sembari mengatakan: "Kamu -yakni Syaikh Yahya- berbuat begini dan begitu, aku datang membacakannya kepadamu point-point tersebut dalam rangka untuk menasehati kamu."

Mereka memprovokasi Al-Akh Nabil sehingga datang kepadaku seakan sebagai penasehat. Di tengah perkataannya aku berkata kepadanya: "Ya Akhi, apa yang kamu sampaikan semuanya tidak benar, aku tahu sekarang bahwa disana ada begini dan begitu, aku katakan kepadamu siapa yang berbuat semua ini?" sambil aku angkat sedikit suaraku. Dia menjawab: "Wahai Abu 'Abdirrohman, kamu akan membahayakan dirimu sendiri dan akan membahayakan dakwah jika engkau berbicara tentang si fulan." yakni maksudnya jika aku berbicara tentang 'Abdurrohman Al-'Adani, dakwah akan segera berakhir. Maka aku katakan kepadanya: "Apa yang aku lakukan tidak akan membahayakan dakwah, dan tidak pula membahayakan kamu atau orang selain kamu. Siapa kamu sehingga kamu bisa membahayakan dakwah? Apa yang menyebabkan kamu untuk berkata dan berbuat seperti ini?" Kemudian setelah itu dia berkata: "Baiklah!", Alhamdulillah setelah itu dia tetap istiqomah diatas manhaj Ahlussunnah sampai sekarang.

Point permasalahan dari apa yang kita sampaikan ini adalah bahwa disana ada provokasi, kemudian setelah itu dilanjutkan dengan perekrutan orang-orang agar berada pada barisannya melalui majelis-masjlis ta'lim. Hal ini terbukti berbagai cara yang efektif karena barang siapa yang terfitnah dengan propaganda mereka maka dia akan segera aktif dalam mengajar, membuka pelajaran ini dan membuka pelajaran itu, membuka silsilah 'aqidah atau silsilah pelajaran yang lainnya. Aku berkata pada diriku sendiri: "Silahkan kalian buka pelajaran sesukamu, aku malah senang." Padahal aku tahu mereka menginginkan dari itu semua agar para thullab menjadi pengikut mereka.

Mereka sangat giat sekali dalam perekrutan massa ini. Abul Khottob (pelajar dari Libya) melakukan perekrutan dari sisi ini, kemudian Az-Zaidi dari sisi itu dan si fulan dari sisi yang lainnya, menghidupkan majelis ini dan majelis itu, keluar dakwah kesana kemari, program ini dan program itu sampai 'Abdurrohman Al-'Adani yang dulunya sakit-sakitan menjadi semangat sekali, tidak pernah aku lihat dia bersemangat seperti itu sebelumnya sama sekali. Sehingga akhirnya terkumpul para pengikut yang telah aku sampaikan didepan.

Sebagai gambaran saja, dalam sepekan mungkin mereka membuat beberapa majelis ta'lim di beberapa tempat, si fulan menggalang massa diikuti pula kemudian yang lainnya. Yang satu mencela dan menggunjing sampai akhirnya pada tingkat provokasi yang muara tujuannya satu yaitu menjatuhkan Yahya Al-Hajuri. Ini adalah tingkat provokasi yang paling bagus diantara mereka yaitu menjatuhkan Yahya, adapun yang lainnya (yang ekstrim), mereka berkata: "Kita tidak akan pergi dari Dammaj sampai kita bisa mensholati Yahya," demi Alloh mereka mengatakan yang demikian ini.

Kami melihat bahwa perkara ini semakin berbahaya, disana ada makar yang tersembunyi yang tidak baik. Maka kami memanggil para Masyaikh Yaman untuk memberikan nasehat kepada para thullab. 

Demi Alloh, mereka akhirnya datang dan memberikan nasehat kepadanya ('Abdurrohman Al-'Adani) di ruang tamu ma'had. Salah seorang Masyayikh berkata kepadanya: "Fitnah sekarang mengalir dibawah kakimu." yang lainnya lagi menatakan: "Fitnah ini adalah seperti fitnahnya Sholih Al-Bakri."

Mendengar nasehat ini, 'Abdurrohman Al-'Adani malah membalikkan badan dan keluar dari majelis sambil mengatakan bahwa dakwah kami di Yaman Utara berjalan dengan baik. Sejak saat itu, dia menginginkan untuk mendirikan dakwah sendiri di Yaman Utara berpisah dengan dakwah Ahlussunnah yang lainnya, akan tetapi di lain sisi dia takut ditinggalkan oleh para Masyaikh Yaman sehingga dia berusaha sekuat tenaga agar para Masyaikh mau sejalan dengannya.

Setelah itu para Masyayikh sepakat dan semuanya tanda tangan diatas kertas bahwa masjid dibawah pengawasanku dan aku masuk didalamnya, kemudian fulan, fulan dan fulan dan siapa saja yang ingin masuk dipersilahkan, termasuk 'Abdurrohman Al-'Adani dan yang lainnya.

Akan tetapi 'Abdurrohman tidak mau perduli dengan semua nasihat dan kesepakatan tersebut, dia terus saja melakukan pendaftaran (orang yang mau mukim di Fuyusy, Aden). Dari harga awal yang hanya 70 juta menjadi 100 juta dalam waktu sehari semalam. Kemudian naik lagi menjadi sekian, sekian sampai akhirnya menjadi 120 juta dan itupun orang banyak yang berebutan. Seakan fitnahnya semakin dikokohkan oleh syaithon.

Disana ada sebagian orang melihat kesempatan dan peluang bahwa akan ada kelompok yang kuat di Yaman Utara tinggal dengan pemukiman yang asri, sehingga tanah yang harganya murah akan bisa menjadi mahal, dan perencanaan-perencanaan lainnya dari urusan dunia. Dan memang terjadi sebagian rencana tersebut, tanah yang dulunya harga 100 bisa naik sampai 1 juta atau lebih. Ini yang mereka inginkan, demi Alloh ini kami dengar langsung. Sebagian dari mereka mengatakan: "Demi Alloh, aku tidak mau membeli tanah tersebut kecuali agar bisa mendapatkan laba saja bukan untuk aku tempati."

Kami nasehati mereka akan tetapi mereka tidak mau mendengar nasehat bahkan semakin menjauhiku dan berani melawanku. Mereka membuat majelis-majelis di ladang dan di tepi sungai untuk menggunjing atau menjatuhkan namaku dan nama ma'had. Kemudian juga mereka pergi kepada sebagian temannya dalam rangka untuk menjelekkan kami dan mengobarkan api fitnah. Demi Alloh mereka tidak perduli dengan semua itu. Melihat hal yang demikian kami masih bersabar: "Biarkan mereka sampai datang waktunya, mereka nanti sendiri yang pergi ke Aden dan nanti akan kami nasehatkan kepada mereka untuk menetap dan tinggal di Aden menegakkan dakwah disana." semoga dengan hal itu menurut perkiraanku dia akan menjadi baik, sehingga bisa memberikan manfaat bagi masyarakatnya disana serta bisa memperbaiki dirinya sendiri yakni dengan meninggalkan hizbiyyah dan bertaubat dari fitnah yang telah dilakukannya.

Akan tetapi sejak saat itu, dia malah sibuk dengan telepon, menghubungi orang-orang disana sini, menghitung berapa orang yang bersamanya, masjid fulan bersama siapa kemudian juga pergi ke daerah Lodar untuk memecah-belah dakwah disana dan menelantarkan/menjauhkan warga dari Ahlussunnah.

Akankah dengan kondisi seperti ini, ma'had yang di Fuyusy akan menghasilkan penuntut 'ilmu yang bermutu? Tidak sama sekali, bahkan tidak akan menghasilkan penuntut 'ilmu meskipun sekecil apapun. Kenapa? Karena 'Abdurrohman Al-'Adani adalah orang senang melancong, tidak mempunyai 'ilmu, ditambah lagi kesibukannya untuk berobat mengobati penyakitnya.

Maka akhirnya dia telah menelantarkan orang banyak dari warga masyarakat Lodor, Mudiah dan banyak pula masyarakat Aden. Dia menjauhkan masyarakat tersebut dari 'ilmu yang bermanfaat dan sunnah. Sehingga diantara mereka berkata ketika menelpon aku: "Dengan siapa ini kami berbicara, dengan Hajuri ya?" Aku jawab: "Iya." penelpon berkata: "Apa bedanya kotoran manusia dengan Al-Hajuri?", Demi Alloh mereka berkata demikian ya Ikhwan, yang lainya berkata lagi di telpon: "Ini Yahya Al-Hajuri ya?" Aku jawab: "Ya," dia berkata: "Kamu membicarakan Syaikh 'Ubaid –hadahulloh- Al-Jabiri Ya?", Aku jawab: "Ya, Aku bicara tentang dia dengan bukti dan dalil tentang penyimpangannya.", penelpon menjawab: "Kakinya Syaikh 'Ubaid –hadahulloh- lebih baik dari pada kamu." Kalau seandainya di handphone-ku ada alat perekamnya akan aku rekamkan untuk kalian apa yang mereka katakan tersebut. Akan tetapi demikianlah yang terjadi.

Apa sebab semuanya ini? Sebabnya adalah pengacauan dan penghinaan yang dilakukan 'Abdurrohman Al-'Adani terhadap dakwah. Mereka melakukan tahdzir terhadapku sampai dikalangan para masyaikh, kemudian juga mengirim pertanyaan-pertanyaan yang mengarah untuk menjatuhkan aku kepada syaikh fulan dan syaikh alan, satunya dari Mustofa Mubarrom, yang lain lagi dari Hani Buroik yang lain dari fulan atau alan dan seterusnya.Yang satu bertanya: "Apa pendapat kalian tentang belajar kepada orang yang mengatakan begini dan begitu.." kemudian dihiasi pertanyaan tersebut dengan kedustaan-kedustaan yang dulu diucapkan oleh kelompoknya Al-Bakri dan pengikutnya Abul Hasan Al-Mishri yang semua inti pertanyaan tersebut agar menghasilkan jawaban tidak bolehnya belajar di Dammaj dan agar dakwah di Dammaj segera terhenti. Namun Alhamdulillah semua usaha tersebut gagal total.

Kami melihat mereka membela kelompoknya 'Abdurrohman dan mereka memiliki usaha yang sungguh-sungguh dan program yang rapi terhadap para masyayikh.

Mereka melakukan pertemuan di tempat syaikh fulan dan syaikh fulan. Orang-orang yang pergi dari Dammaj sini ditampung di markasnya Syaikh Muhammad Al-Imam. Padahal orang-orang tersebut memiliki banyak syubhat dan aktif dalam menyebarkannya kepada thullab. Demikian juga ceramah umum dengan menghadirkan 'Abdurrohman Al-'Adani sebagai penceramahnya atau musyawarah di kediamannya atau di tempat fulan dan alan, demikian juga Syaikh Muhammad 'Abdul Wahhab tidak ketinggalan bekerja keras untuk membela 'Abdurrohman Al-'Adani sehingga dia menjadi orang yang paling berbahaya dalam fitnah ini bahkan menjadi pemimpinnya. Padahal dia mempunyai hubungan dekat dengan para masyaikh yang lainnya dan seorang yang memiliki komando dan pengaruh yang besar dalam menyeret orang-orang yang lainnya dalam membela fitnah 'Abdurrohman Al-'Adani.

Kami katakan: "Demi Alloh, semua yang kami sampaikan adalah kebenaran yang diketahui oleh semua orang. Fitnah terjadi ditempat kami dan kami sudah menjelaskan hakikat yang sebenarnya. Selama kami telah menjelaskannya maka wajib bagi orang yang mendengarnya untuk mengambil kebenaran tersebut. Barang siapa yang meninggalkan kebenaran tersebut maka dia telah berbuat kesalahan."

Senantiasa kami mengulang perkataan kami terhadap orang-orang yang tidak mau qona'ah/menerima kebaikan yang ada di tempat ini bahkan memecah belah persaudaraan serta menjadi penyebab adanya saling hajr (sikap saling mendiamkan antara satu teman dengan teman yang lainnya) di negeri Yaman atau yang lainnya bahwa kebaikan yang ada disini masih berjalan sebagaimana dizamannya Syaikh Muqbil رحمه الله bahkan bertambah.

Datang salah seorang dari negeri Al-Jazair yang dahaga terhadap 'ilmu ketika sampai kesini dan melihat Dammaj segera bersujud di tanah lapang. Akan tetapi, jika orang tersebut tinggal dengan si fulan dan alan dari orang-orang mereka menjadi sempit dadanya, mereka mencegah santri tersebut untuk berkumpul dengan kami sampai akhirnya ditelantarkan oleh mereka. Padahal mungkin tholib tersebut adalah seorang yang pemula yang tidak tahu menahu tentang permasalahan, atau tidak mengenal siapa kawan dan siapa lawan. Dikatakan kepada orang yang baru ini bahwa Al-Hajuri punya banyak kesalahan. Pusat dakwah sekarang sudah tidak disini lagi akan tetapi disana (ditempatnya 'Abdurrohman Al-'Adani) dan lain sebagainya dari isu-isu yang mengunggulkan markaz mereka di Fuyusy dan meremehkan markaz Dammaj. Mereka banyak menyebarkan ucapan bombastis ini terutama dikalangan para pelajar asing.

Ketika kami melihat kondisi yang demikian, kami jelaskan apa yang sesungguhnya terjadi. Maka berdirilah orang-orang untuk mengadakan permusuhan yang sengit. Demi Alloh ya ikhwan mereka memusuhi dakwah dengan sengit dan kalian bisa melihat sendiri gerakan mereka, mengadakan majelis disana-sini sambil terkadang membikin pemukulan dan mengadakan makar -mudah-mudahan Alloh menyelamatkan kita dari kejelekan mereka-. Meninggalkan markas dengan sikap fanatik yang sangat parah, pergi dari sini sehingga akhirnya menjadi orang-orang yang terlantar.

Bergembiralah kalian... karena sesungguhnya mereka tidak membahayakan dakwah sama sekali. Perbuatan mereka tidak lebih seperti apa yang dilakukan Abul Hasan Al-Mishri dengan komplotannya. Delapan puluh satu orang dari mereka menulis tanda tangan di sebuah kertas dalam rangka memusuhi dakwah, namun akhirnya mereka sendiri yang melepaskan diri dan tersingkir dari dakwah Ahlussunnah. Sama sekali tidak terdengar dari mereka kiprahnya dalam dakwah dan tidak berbekas sedikitpun pengaruh permusuhannya terhadap dakwah. Terusirnya mereka dari dakwah seperti dikatakan dalam pepatah: "Pergi sebagaimana perginya keledai 'Amr." Maknanya adalah sama sekali mereka tidak punya pengaruh setelah kejadian tersebut, baik terhadap orang-orang baro'ah dzimmah (yaitu orang-orang yang menampakkan tidak punya sikap memihak kepada salah satu pihak di zaman fitnahnya Abul Hasan Al-Mishri) atau yang lainnya dari pengikut hizbiyyah.

Akan tetapi pengaruh yang ada setelah mereka melakukan perpecahan dalam dakwah, fitnah, makar, pencelaan, penghinaan penjauhan orang-orang dari Dammaj, adu domba, dan sebagainya dari point-point hizbiyyah yang ada pada mereka adalah adanya sebagian orang yang aku dengar mereka mengatakan bahwa semua ini bukan gerakan hizbiyyah. Seakan mereka saja yang paling tahu tentang definisi hizbiyyah atau point-point diatas boleh dikatakan hizbiyyah kalau hal tersebut bahayanya menimpa mereka, adapun kalau bahayanya menimpa kami atau selain mereka maka hal itu bukan hizbiyyah menurut analogi mereka. Padahal telah menimpa kami sekian banyak permasalahan disebabkan hizbiyyah mereka dari orang yang jauh ataupun yang dekat,akan tetapi hal ini dianggap sepele oleh mereka.

Point 1: Terjadi Perpecahan Dalam Dakwah

Terjadi perpecahan dalam dakwah atau tidak ya Ikhwan? Terjadi!, bahkan perpecahan yang sangat dahsyat yang disebabkan oleh gerakan kelompok ini dengan taktik adu dombanya antara si fulan dengan 'alan bahkan mereka melakukan adu domba sampai ditingkat para masyaikh. Mereka memprovokasi masyaikh sehingga muncullah Syaikh 'Ubaid –hadahulloh- menyerang kami. Mereka menipu Syaikh 'Ubaid –hadahulloh- dengan perkataan yang telah kalian dengar sendiri. Alhamdulillah aku telah menjelaskan kedustaan ucapan-ucapan mereka, namun Syaikh 'Ubaid –hadahulloh- sudah termakan provokasi mereka sehingga selangkah demi selangkah dia keluar dari manhaj yang benar yang selama ini ia berpegang teguh dengannya. Mulailah dia menghalalkan pemilu dan terjatuh dalam fitnah pada sekian banyak permasalahan.

Melakukan permusuhan terhadap para wali Alloh bukanlah perkara yang mudah. Karena Alloh عز و جل akan menghancurkan setiap orang yang memusuhi dakwah ini. Demikian para da'i yang sholih tidak akan tinggal diam terhadap permusuhan mereka.

Mereka terus melakukan fitnah adu domba diantara para masyaikh sampai akhirnya Syaikh Muhammad 'Abdul Wahhab terprovokasi dan termakan dengan fitnah mereka sehingga kita harus menjelaskan kepada ummat tentang penyimpangannya tersebut. Demi Alloh عز و جل kita tidak akan membiarkan setiap orang yang membela kesesatannya dan Alloh عز و جل pasti akan membongkar kejelekan siapa saja dari orang yang bersamanya.

Kami tidak akan membiarkan seorangpun membela kesesatannya tersebut. Kalau kami melihat ada yang membelanya pasti kami akan mentahdzirnya, demikian juga Ikhwan Ahlussunnah akan memboikotnya dan meninggalkannya. Hal ini kita lakukan karena dia ingin menghancurkan dakwah dengan syubhat yang halus yang berbahaya, dia menyatakan 'Abdurrohman Al-Adani tidak hizbi karena dia tidak masuk dalam jam'iyyah/yayasan Ihsan atau jam'iyyah/yayasan Al-Hikmah atau karena dia tidak mengikuti pemilu bahkan senantiasa lisannya mengatakan bahwa hizbiyyah harom. Ini semua adalah omong kosong saja darinya.

Kalau seandainya datang orang yang paling awam kemudian melihat makarnya 'Abdurrohman Al-Adani pasti akan mengatakan bahwa makarnya kepada dakwah lebih berbahaya daripada makarnya Zindani dan komplotannya.

Demi Alloh, Amerika tidak pernah melakukan hal itu terhadap dakwah salafiyyah walaupun mereka menginginkan agar bisa melakukan hal yang sama yakni pecahnya dakwah salafiyyah dengan mengucurkan dana yang besar untuk tujuan tersebut.

Intinya perpecahan dalam dakwah telah terjadi dan hal itu bukan terjadi begitu saja akan tetapi disebabkan oleh fitnahnya 'Abdurrohman Al-Adani yang dia mulai dengan terang-terangan setelah kepulangannya dari umroh. Ketika itu kami tidak tahu apa yang menyebabkan dia tidak mau salam atau berbicara kepada kami. Di majelis ta'limnya berkumpul disekitarnya orang-orang yang senantiasa mengelu-elukan dan menyanjungnya: "Inilah Al-Faqih, inilah Al-Faqih," sampai akhirnya dia tersanjung dengan pujian tersebut dan ingin melakukan perpecahan didalam dakwah.

Point 2: Penghinaan

Mereka melakukan penghinaan yang sengit, sampai diantara mereka ada yang mengatakan bahwa aku adalah Zindiq (orang yang menampakkan keislaman dan menyembunyikan kekufuran).

Mereka mengatakan bahwa warga Dammaj begini dan begitu. Semua yang ada disini mereka cela, baik pencelaan yang bersifat khusus atau secara umum. Diantara mereka ada yang berkata bahwa Dammaj sebenarnya bagus akan tetapi Yahya Al-HajurI saja yang tidak baik. Maksudnya –sebagaimana yang kalian ketahui- dari perkataan tersebut adalah pencelaan terhadap Dammaj dan orang-orang yang ada didalamnya. Berbeda kalimat akan tetapi tujuannya sama.

Demikian juga penghinaan yang amat sengit terhadap saya dan para ikhwan. Kalau seandainya mereka melihat ada orang yang mau mendekat kepada saya ingin mendengar perkataan Alloh dan Rosul-nya serta merta mereka akan mencibir orang tersebut : "Orang ini ingin riya' dihadapan Al Hajury", setelah itu mereka saling berkata kepada kawannya: "Pergi kamu kepada orang yang ingin riya' dihadapan Al-Hajuri tersebut, berilah nasehat kamu kepadanya jika kamu ingin menjadi penasehat yang baik."
Maka berangkatlah salah seorang dari mereka kepada orang tersebut memasukkan was-was dan keraguan dalam hatinya, memberikan gambaran yang menyempitkan dadanya sampai akhirnya tinggal menyendiri dipojok tempat seperti ini, jika mendengar kami berbicara tentang hizbiyyah orang tersebut terlihat seperti orang yang lunglai tidak punya semangat. Hizbiyyah 'Abdurrohman Al-Adani telah mendholiminya, menelantarkannya sampai akhirnya menjadi da'i-da'inya syaithon yang mengajak kepada hizbiyyah, memecah-belah dakwah dan menyebarkan fitnah diantara para da'i dan thullabul 'ilmi.

Point 3: Adu Domba yang Sengit

Mereka juga melakukan adu domba yang sengit sampai kepada tingkatan jika ada orang yang mau belajar ke Dammaj akan segera mereka takut-takuti dengan dikatakan kepadanya bahwa, "barang siapa yang pergi ke Dammaj, nanti dia akan ditanya dan diuji, dahulu Dammaj begini dan begitu dizamannya Syaikh Muqbil رحمه الله, dizaman sang Bapak yang penyantun, suatu zaman yang mana jika kamu datang ke Dammaj akan mendapatkan begini dan begitu dari para ikhwan." Padahal, demi Alloh mereka dahulu juga berkata bahwa jika Abul Hasan atau sebagian para Masyaikh duduk kemudian mereka menyelisihi pendapatnya Syaikh Muqbil رحمه الله, maka beliau akan segera berkata: "Aku tidak akan tinggal diam, aku tidak akan tinggal diam." -yakni beliau akan segera menjelaskan kepada mereka duduk perkara yang sebenarnya-.

Suatu ketika datang Abul Hasan kepada beliau dan berkata: "Akan tetapi pemerintah berkata demikian dan demikian…?" maka Syaikh رحمه الله menjawab: "Katakan kepada mereka bahwa Rosululloh ` berkata: "Barang siapa melihat kemungkaran maka hendaknya dia merubahnya dengan tangannya,jika tidak mampu maka dia hendaknya merubahnya dengan lisannya dan jika tidak mampu hendaknya dia merubahnya dengan hatinya, dan yang demikian itu adalah tingkat selemah-lemahnya iman."" Kemudian mereka berkata: "Akan tetapi ya Syaikh, ya Syaikh, ya Syaikh…..", maka beliau segera menukasnya: "Diam kalian, diam kalian." Ya, beliau رحمه الله tidak terima dengan alasan mereka dan bahkan menghardiknya. Itulah Syaikh Muqbil رحمه الله yang betul-betul berperan sebagai bapak penyantun (menurut mereka dan begitulah sikap Bapak Penyantun yang sesungguhnya yakni tidak tinggal diam ketika melihat kemungkaran).

Namun sekarang mereka berkata: "Dahulu dakwah begini dan begitu…", yang semua perkataan tersebut tujuannya dalam rangka untuk meremehkan semua upaya kerja keras dalam terwujud kebaikan disini dan dalam rangka untuk mengegolkan keinginan mereka dan program-program yang mereka inginkan terhadap Dammaj.

Ya, mereka sebelumnya telah mengakui kebaikan yang terwujud disini dan bahkan memujinya akan tetapi setelah terfitnah dengan hizbiyyahnya 'Abdurrohman Al-Adani mereka balik menyerang dan memusuhi kebaikan yang ada disini. Terbalik sudah realita dimata hati mereka.

Point 4: Tahdzir Buta

Tahdzir buta ini ada yang dilakukan dengan cara yang halus dan ada pula yang dilakukan dengan cara terang-terangan dengan mengatakan: "Hati-hati kalian kalau mau pergi ke Dammaj karena nanti jika kamu pergi kesana akan diuji dan ditanya bagaimana si fulan, apakah si fulan begini dan begitu ???" Padahal Demi Alloh, aku tidak melakukan itu, aku tidak menginginkan ujian kepada siapapun bahkan aku menginginkan keselamatan semua pihak dan aku ingin senantiasa menuntut 'ilmu/tholabul 'ilmi.

Markaz ini dijelekkan, mereka mengesankan dalam hati manusia gambaran jelek tentang Dammaj dengan melakukan tahdzir buta terhadap Dammaj baik secara terang-terangan atau dengan cara mengaburkan permasalahan hizbiyyahnya 'Abdurrohman Al-Adani. Tahdzir yang seperti ini apakah layak sekarang ditujukan kepada Dammaj? kami bertanya: "Apakah sekarang kami ini adalah Shufi atau Syi'ah atau Ikhwanul Muslimin atau ahli bid'ah atau pengikut ajaran sesat yang lainnya sehingga manusia diharuskan menjauh dari kami?" 

Sesungguhnya tidak ada orang yang mentahdzir dari kebaikan kecuali orang yang menjadi lawan dan memusuhi kebaikan itu sendiri atau orang-orang yang menjadi hizbi atau pengikut hawa nafsu dan penyebar fitnah atau orang-orang yang suka membuat onar didalam dakwah Ahlussunnah.

Telah kami sebutkan dimuka tiga perkara yang ada pada hizbiyyahnya 'Abdurrohman Al-Adani, yang pertama adalah terjadinya perpecahan dalam dakwah yang disebabkan fitnahnya, kemudian celaan yang membabi buta kepada Ahlussunnah dan para da'inya, padahal dari merekalah tersebar kebaikan ini, demikian juga muncul para thullab dan para masyayikh serta terwujudnya keberlangsungan dakwah Ahlussunnah. Kalau tahdzir yang tidak layak ini terus dibiarkan mau dikemanakan orang yang mau mencari kebaikan?

Dahulu Syaikh Muhammad Bin 'Abdul Wahhab mengatakan: "Kalian mau pergi belajar kemana jika meninggalkan Dammaj? Apakah kalian mau pergi belajar ke Universitas Al Iman?", namun sekarang beliau tidak mau berkata seperti itu lagi bahkan tidak mau menasehati dirinya sendiri dan menjadi orang yang bertujuan sama dengan hizbiyyahnya 'Abdurrohman Al-Adani.

Adu domba yang sengit juga mereka lakukan di tingkat para hakim negara. Dia mengajak orang untuk berhukum dengan para hakim tersebut dengan mengatakan bahwa kita bukan di negara yang memperbolehkan sikap keluar dari hukum pemerintah seperti orang-orang Khowarij. Yakni makna dari perkataannya ini adalah bahwa orang yang tidak mau berhukum kepada Syi'ah atau Shufi atau kepada para perempuan – yang duduk di majelis hakim negeri Yaman ¬- dalam memutuskan permasalahannya, berarti orang tersebut adalah Khowarij.

Betulkah pemikiran yang seperti ini? (Bahkan ini tidak betul), karena sesungguhnya penyelesaian masalah dakwah adalah kembali kepada Al-Qur'an dan Sunnah Rosululloh bukan dengan kembali kepada hukum buatan manusia atau berhukum dengan orang-orang yang tidak tahu tentang seluk-beluk dakwah ini dan kebaikan yang ada padanya.

Demikian juga Syaikh Muhammad 'Abdul Wahhab senantiasa mengajak orang satu per satu agar mau tunduk dengan keputusan-keputusan para hakim negara tersebut dan menyetujuinya. Satu contohnya adalah pernah ada salah seorang da'i dari sini yang keluar dakwah sementara mereka tidak mampu untuk menghalangi ceramahnya, maka mereka memanggil para pejabat berwenang. Bertanya sang pejabat: "Siapa yang menjadi penceramah malam ini? bagus sekali isi ceramahnya?", serta merta mereka akan menjawab: "Iya, betul penceramah tersebut memang fasih dalam menyampaikan ceramah akan tetapi dia mempunyai ini dan itu, berbuat begini dan begitu...", dan seterusnya dari berita-berita yang dusta agar da'i Ahlussunnah tersebut tidak bisa berdakwah lagi dan dilarang oleh pemerintah untuk berdakwah ditempat tersebut.

Demikian juga adu domba mereka lakukan ditingkat para Masyaikh dengan mengadakan pertemuan disana sini, di tempat Fulan dan Alan. Apa sebab dari semuanya ini? Sebabnya adalah hizbiyyah dan kebencian terhadap kebaikan yang ada disini serta permusuhan terhadap perkara yang dulunya mereka berpegang dengannya dan berjalan diatas perkara tersebut.

Ketika kami menyampaikan nasehat kepada mereka dan menerangkan kebenaran dan kenyataan yang sebenarnya, mereka berusaha untuk menyembunyikan gerakan mereka dan menginginkan agar dakwah disesuaikan dengan keinginan mereka. Ketika kami menolak hal tersebut mereka serta merta menginginkan untuk menjatuhkan aku. Mereka ingin supaya aku jatuh dan 'Abdurrohman Al-Adani naik atau minimalnya aku dan 'Abdurrohman Al-Adani semuanya sama-sama jatuh.

Point 5 : Fanatik Buta

Fanatik buta sampai pada tingkatan jika muncul kesalahan dari salah seorang dari mereka, mereka akan diam, tidak ada penentangan sama sekali atau cibiran. Semua menampakkan sikap diam walaupun dalam hati sebagian mereka mungkin ada pengingkaran terhadap kejahatan tersebut. Ataupun kalau ada dari mereka yang mengingkari secara dzohir, hal itu dilakukan dengan sembunyi-sembunyi karena mereka menganggap bahwa pengingkaran terhadap kemungkaran yang dilakukan dari sebagian mereka akan melemahkan dakwah dan jama'ah mereka secara umum.

Hal ini menunjukkan bahwa mereka fanatik walaupun dalam perkara yang jelek sekalipun. Sikap fanatik juga terlihat dari da'i mereka ketika berceramah, da'i tersebut berkata menyanjung 'Abdurrohman Al-Adani: "Assyaikh Fulan, beliau adalah begini dan begitu, beliau berasal dari Yaman Utara, maka kalian wajib menolong Syaikh Fulan faqih tersebut, yang yang dan yang seterusnya, yang berasal dari Yaman Utara." Demikian mereka menambahi sebutan Yaman Utara setelah kalimat Al Faqih pada salah satu ceramah di daerah Lahji, dalam rangka mengesankan kepada masyarakat bahwa syaikh kita ini dari Yaman Utara sebagaimana kita. Masih ada lagi sikap dari mereka yang menunjukkan fanatik buta dan telah kami jelaskan masalah fanatik buta ini dalam buku saya yang berjudul: "At-Tahdzir Minal Hizbiyyah."

Point 6: Al Wala' dan Baro' yang Sempit

Permasalahan Wala' dan Baro' yang sempit sudah banyak buku yang menjelaskan hal tersebut bagi siapa saja yang mau membacanya.

Wala' dan Baro' yang sempit adalah salah satu rambu dari rambu-rambu hizbiyyah. Dan ini terbukti ada pada mereka, sebagai contohnya adalah Abul Khottob yang telah pergi setelah kita usir dari sini disebabkan karena dia terfitnah dengan 'Abdurrohman Al-Adani. Pada waktu itu aku berkata kepadanya: "Ya Akhi, kami telah berbicara dan menjelaskan tentang fitnah ini akan tetapi seakan engkau tidak peduli?" Dia menjawab: "Aku tidak pernah peduli dengan perkataan kamu walaupun dalam fitnah Abul Hasan, sesungguhnya aku dalam fitnah Abul Hasan hanya mengambil perkataan para ulama." Aku katakan kepadanya: "Berarti kamu tidak perduli dengan perkataanku dari dulu sampai sekarang? pergilah kamu dari sini! apakah setelah ini aku harus bersabar terhadap kamu lagi? bagaimana ini?"

Ini adalah salah satu contoh masalah dan dia masih mempunyai masalah yang lainnya. Dia pergi setelah banyak membuat masalah dan berbagai fitnah. Dia pergi kesana setelah kami usir dari sini karena dia melakukan adu domba. Setelah terusir dari sini sebagian dari mereka menelpon Syaikh Robi' s dengan mengatakan bahwa orang ini yakni Abul Khottob pergi dari Dammaj. Sungguh, kepergiannya dari Dammaj dan pulang ke Libya -yakni ke negerinya Al-Qoddafi yang komunis- lebih bagus dari pada tetap tinggal di Dammaj.

Demikian juga mereka gembira dengan keluarnya Abul Khottob dari sini sampai sebagian mereka berkata kepada yang lainnya: "Abul Khottob mari tinggal bersama kami", yang lainnya berkata: "Ini adalah nikmat dari Alloh yang dilimpahkan kepada kalian." Jadi, orang yang terusir dari sini dan pergi kepada mereka untuk menambah kerusakan dan kejelekan mereka dianggap sebagai nikmat dari Alloh seperti hujan yang turun dari langit.

Demikianlah, terbukti Wala' dan Baro' yang sempit yang ada pada mereka. Siapa saja yang berani melawan dan memusuhi dakwah Ahlussunnah yang ada di Dammaj, maka orang tersebut akan diperkuat dan dibantu oleh mereka, walaupun terbukti bahwa orang tersebut tidak baik akhlaq atau perangainya atau orang yang terbenci disisi kami atau walaupun orang mau bilang apa terhadap orang tersebut, mereka tidak akan menggubrisnya.

Dahulu Syaikh Muhammad Bin 'Abdul Wahhab berkata bahwa orang yang mencela Dammaj berarti dia telah mencela agama Islam. Menurut konsekuensi dari perkataannya tersebut berarti sekarang dia telah mencela Islam karena dia telah menjelekkan Dammaj. Demikian juga dia dulu berkata bahwa orang yang mencela Dammaj seperti orang yang membenturkan kepalanya kepada batu, batu tetap selamat dan kepala orang tersebut akan hancur. Dan yang lainnya dari kata-kata mutiaranya tentang Dammaj yang sampai sekarang masih tertulis di buku-buku yang tersebar disini.

Point 7: Berkumpul dengan Sebagian Kelompok Hizbi

Semua ini adalah rambu-rambu dari hizbiyyah yang terlihat dari komplotannya 'Abdurrohman Al-Adani melebihi dahsyatnya fitnah yang dilakukan oleh orang-orang sebelumnya. Dimulai dari tahdzir yang membabi buta kemudian adu domba yang sengit, meminta bantuan pemerintah untuk menghentikan dakwah, fanatik buta, wala' dan baro' yang sempit kemudian perkumpulan mereka dengan kelompok-kelompok hizbiyyah seperti berkumpulnya mereka dengan orang-orangnya Abul Hasan Al-Mishri bahkan bekerja sama dengan mereka dalam rangka memusuhi dakwah Ahlussunnah. Dari mana sifat-sifat yang seperti ini muncul? Apakah sifat-sifat ini muncul dari seorang salafi?

Point 8: Tidak Adanya Sikap Ingkar Mungkar

Tidak adanya sikap ingkar mungkar terhadap kemungkaran yang dilakukan oleh orang-orangnya mereka. Sementara disisi lain, mereka mencari-cari kesalahan yang ada pada kami atau berdusta atas nama kami agar bisa mendapatkan celah untuk menjatuhkan kami dan menutupi kesalahan teman –teman mereka.

Demikian juga mereka enggan untuk menerima nasihat yang kami sampaikan dengan bukti-buktinya dari waktu ke waktu, sementara di lain pihak mereka menerima semua syubhat yang datang dari 'Abdurrohman Al-Adani dan kroninya -walaupun syubhat tersebut mungkin sekedar lewat telepon- kemudian berita tersebut akan mereka segera sebarkan sembari berkata: "Demi Alloh ya fulan begini dan begitu, sesungguhnya ini dan itu,…" yang ujung-ujungnya dia berkata: "Ana Mutawaqif, aku tidak tahu apakah yang dilakukan 'Abdurrohman Al-Adani ini perbuatan hizbiyyah atau tidak."

Point 9: Menjauhkan & Menelantarkan Pelajar Pemula dan Para Pemuda dari Kebaikan

Jika ada santri-santri baru yang menginginkan menuntut 'ilmu dan mengambil faedah dari tempat ini sebagaimana orang-orang yang terfitnah tersebut telah belajar dan mengambil faedah dari sini maka mereka akan menjauhkan para pelajar tersebut dari kebaikan ini. Padahal orang-orang yang terfitnah tersebut mengakui dan tidak mengingkari bahwa mereka telah mengambil faidah dari sini akan tetapi jika ada orang yang baru, mereka akan memberinya informasi yang miring, provokasi atau menjauhkan dari tempat ini atau memberi berita yang menyesatkannya, mendzolimi dan menipunya sehingga santri baru tersebut akhirnya meninggalkan tholabul 'ilmi dan memilih menjadi penjual warung kopi. Mereka menelantarkan para santri baru dari tempat ini dengan mengatakan: "Demi Alloh, kalian pergi dari sini dan menjadi penjual warung kopi lebih baik dari pada tetap tinggal di Dammaj." Maka pulanglah sebagian santri baru tersebut sampai akhirnya betul-betul menjadi penjual warung kopi. Demikian juga yang lainnya melakukan penelantaran kepada para santri baru dengan metode yang sama. (Perbuatan yang mereka lakukan tersebut), semuanya adalah bentuk penelantaran terhadap dakwah, para kader dakwah dan para santri yang tujuan akhirnya adalah agar dakwah disini menjadi lemah.

Apakah tercapai keinginan mereka tersebut? Tidak, bahkan yang terjadi adalah kenyataan yang sebaliknya. Jika salah seorang yang termakan fitnah pergi dari sini maka thullab yang lainnya akan segera berebut untuk bisa menempati rumah yang ditinggalkannya. Bahkan disana ada sebagian orang yang berdoa: "Ya Alloh mudahkanlah kepada kami agar orang-orang yang terfitnah segera pergi dari sini sehingga aku bisa segera menempati rumahnya."

Sebagian lagi disana ada orang yang terdzolimi –yakni tinggal di Dammaj satu tahun atau dua tahun akan tetapi tidak bisa mendapatkan rumah dakwah karena kalah cepat dalam berebut rumah dakwah dengan yang lainnya- dia berharap agar orang-orang yang terfitnah segera pergi dari tempat ini sehingga ia bisa menempati rumah yang ditinggalkannya.

Mereka menyangka bahwa makar yang dilakukannya akan melemahkan dakwah, akan tetapi Alloh تعالى menginginkan yang sebaliknya. Alloh عز و جل menginginkan agar dakwah Ahlussunnah semakin kuat dan bersih dari orang-orang yang berpenyakit serta ingin agar manusia semakin terbuka menerima dakwah dan kebaikan ini.

Point 10: Lemah Semangat dalam Menuntut Ilmu

Demikian juga lemah semangat dalam tholabul ilmi, kami melihat hal itu melekat kepada mereka yang termakan hizbiyyah ini atau orang-orang yang menamakan dirinya mutawaqif (tidak punya sikap). Sebenarnya kenyataan yang ada menunjukkan bahwa orang-orang yang mutawaqif, kondisi mereka disini seperti orang yang transit saja. Maksudnya jika kelompok hizbiyyah mempunyai kekuatan maka dia menggunakan peluang tersebut untuk ikut menyerang kami akan tetapi kalau komplotan hizbiyyah tersebut tidak berdaya maka mereka mempunyai tempat aman disini untuk menyembunyikan pemikiran di kepalanya.

Inilah kondisi orang-orang yang mutawaqqif yang tidak terpuji padahal dalil dan hujjah sudah disampaikan kepada mereka, demikian juga malzamah ilmiah sudah tersebar dan bukti-bukti sudah jelas dan terang benderang tentang hizbiyyahnya 'Abdurrohman Al-Adani, tidaklah tersisa kecuali hanya perkara taqlid (membebek) kepada sikap dan perkataan si fulan dan alan. Padahal kamilah yang paling tahu tentang hizbiyyahnya mereka karena kami yang hidup bersama mereka. Kejadiannya di tempat kami dan kami pula yang melihat sepak terjangnyanya dengan mata kepala kami sendiri serta kita pula yang mendengar ucapan-ucapannya secara langsung dengan telinga kita.

Sebagaimana mereka telah lemah semangat dalam tholabul 'ilmi, kami juga mendapati orang-orang yang terfitnah ini menjadi orang yang rajin meninggalkan sholat jama'ah di masjid ini dan memilih sholat dimasjid 'UMMAL atau masjid yang lainnya yang jauh lebih kecil ukuran dan lebih sedikit jama'ahnya karena mereka tidak mau menghadiri ta'lim selesai sholat jam'ah yang ada di masjid ini. Mereka memilih absen dari dars (pelajaran umum) dan lebih senang duduk-duduk di perkebunan atau dilapangan atau dirumah atau di kedai-kedai atau ditempat-tempat yang lainnya. Apa penyebab semua ini? Sebabnya adalah dada yang sesak terhadap kebaikan. Orang-orang tersebut tidak mengatakan bahwa disini tidak ada 'ilmu bahkan mereka mengakui disini ada 'ilmu dan kebaikan akan tetapi 'ilmu dan kebaikan yang ada disini disisi mereka dianggap seperti kulit bawang. Tidak ada lagi pada mereka pengagungan atau penghargaan terhadap 'ilmu dan kebaikan ini, demikian juga tidak ada lagi pada mereka kerjasama dalam menghidupkan 'ilmu tersebut. Dari mana sikap ini muncul? Apakah muncul dari seorang salafi atau orang yang ingin menolong agama Alloh? Atau sifat ini muncul dari orang yang di dalam hatinya ada penyakit dan lemah dalam melakukan kebaikan sehingga tergelincir dari kebaikan itu sendiri?

Demikian juga tampak kelemahan mereka dalam tholabul ilmi ketika mereka hadir dalam majelis 'ilmu. Mereka jika hadir di majelis 'ilmu, duduk di jauh sana dalam keadaan tidak respon terhadap apa yang kami sampaikan. Sebagian mereka jika kami berkata: "Bukankah demikian yang betul ya Ikhwan?", serta-merta Al-Ikhwan menjawab: "Ya, betul!!" Sementara mereka mengatakan: "Tidak,tidak betul!!!"

Point 11: Banyak Absen dari Dars

Adalah perkara yang maklum dikalangan masyarakat umum disini atau para santri bahwa setiap orang yang tinggal disini dia wajib untuk menghadiri pelajaran umum kecuali kalau sedang sakit atau ada udzur/halangan yang wajar. Akan tetapi kami melihat mereka yang terfitnah biasa absen dari dars padahal mereka tinggal di rumah milik dakwah. Hal ini tentunya tidak diperkenankan karena tempat ini diperuntukkan khusus bagi tholabul 'ilmi dan orang-orang yang diharapkan nantinya bisa bermanfaat bagi kaum muslimin. Bukan tempat ini diperuntukkan bagi orang yang memusuhi dan mencela dakwah ini atau menjelekkan saya dan menjauhkan orang dariku bahkan dibalik itu malah mengajak orang agar belajar ke Fuyusy atau ke tempat lainnya. Bukan pula tempat ini diperuntukkan untuk orang-orang yang mengikrarkan bahwa kami adalah mutawaqqif.

Sesungguhnya haram bagi kalian untuk tinggal di rumah dakwah sementara kalian bersikap seperti itu jika kalian adalah orang-orang yang menjaga dirinya dari perkara yang harom atau orang-orang yang berpegang dengan Sunnah dan berada diatas kebenaran. Seharusnya kalian menolong Al-Haq yang terang benderang yang ditampakkan oleh Alloh yang telah dijelaskan melalui dalil-dalilnya atau kalian jika tidak mau menolong Al-haq lebih baik pergi dari sini dengan tenang dan terhormat sampai waktu yang kalian inginkan.

Rosululloh صلى الله عليه وسلم bersabda: "Cintailah orang-orang yang kalian ingin mencintainya sesuai dengan kadarnya karena bisa jadi di suatu hari nanti orang tersebut menjadi orang yang kalian benci dan bencilah orang yang kalian ingin membencinya sesuai dengan kadarnya karena bisa jadi disuatu hari orang tersebut menjadi orang yang kalian cintai." Ya lebih baik pergi dari sini dengan baik karena mungkin suatu saat Alloh melapangkan dadanya sehingga bisa kembali belajar disini dengan tenang dan leluasa tanpa ada orang yang mengatakan kepadanya: "Dulu kamu berbuat begini dan begitu atau berkata ini dan itu."

Yang kedua diantara perkataan mereka adalah bahwa ini adalah bagian dari agama, yakni mereka meyakini dalam hatinya bahwa menolong 'Abdurrohman Al-Adani yang telah berbuat dalam fitnah ini segala macam kemungkaran yang sebagiannya telah kita sebutkan diatas adalah bagian dari agama. Sementara mencerca saya dan mencari-cari kesalahan saya adalah bukan bagian dari agama menurut mereka sehingga diantara mereka ada yang berkata kepada yang lainnya: "Nasehatilah Yahya karena dia telah berbuat salah, telah berbuat begini dan begitu.."

Demikian juga mereka berusaha melakukan perekrutan thullab kami kepada kelompok mereka meskipun hanya dengan mengatakan: "Aku mutawaqqif dalam fitnah ini." Karena maksud dari perkataan tersebut dalah dalam rangka untuk memasukkan keraguan dalam hati para thullab terhadap fitnah ini. Akan tetapi perbuatan yang seperti ini menurut analogi mereka bukan bagian dari agama. Jadi secara mudahnya, ukuran agama pada mereka adalah permusuhan kepada Yahya dan Darul Hadist Dammaj serta berpaling dari nasihatnya, kemudian disisi lain bersikap tunduk dan patuh serta senang terhadap semua perkataan yang datang dari kelompoknya walaupun perkataan tersebut disampaikan melalui sebagian kaset atau telepon atau secarik kertas. Menurut analogi mereka pula bahwa bukan bagian dari agama berbagai perkara kebaikan yang mereka lihat disini seperti kerjasama dan tolong-menolong dalam menyebarkan kebaikan atau saling menutup kekurangan yang ada didalamnya serta saling mencintai karena Alloh dengan meninggalkan attahaajur (sikap saling mendiamkan antara satu teman dengan teman yang lainnya) tanpa sebab yang syar'i atau tidak membuang waktu kepada perkara yang tidak berfaidah atau tidak melakukan perkara yang menelantarkan dakwah.

Menjadi terbalik sudah cara berpandang yang sehat di hati mereka dan lihatlah keajaiban-keajaiban yang ada pada hizbiyyah yang baru ini.

Point 12: Taqlid Buta (Mengikuti Orang Tanpa Hujjah & Dalil)

Demikian juga taqlid ada pada mereka. Kalian akan mendapati Syaikh Muhammad Bin 'Abdul Wahhab tidaklah dia melakukan ceramah kecuali dia akan berkata: "Ulama." Baiklah kalau kalian bersama para 'ulama, akan tetapi bukti-bukti dan keterangan yang jelas dan perkara-perkara yang lainnya yang terang benderang yang menunjukkan hizbiyyah 'Abdurrohman Al-Adani mau kalian kemanakan ini semua? Mereka berkata: "Pokoknya kami bersama para 'ulama, bersama para 'ulama."

Sekarang beliau menjadi da'i yang mengajak kepada taqlid dan membuang bukti dan dalil. Kalau seandainya para 'ulama tidak sesuai dengan keinginannya (Muhammad bin 'Abdul Wahhab Al-Wushobi), dia tidak akan mengatakan kami bersama para 'ulama bahkan akan mencibirnya sebagai mata-mata atau menggunjingnya sebagai orang yang impoten, atau memberikan gelar/sebutan-sebutan yang lainnya yang tidak layak. Dia hanya memberi gelar 'ulama kepada orang yang menyetujui keinginannya.

Lihatlah sekarang kepada apa yang sedang mereka lakukan, mereka berusaha untuk melakukan perpecahan dengan cara mengadakan ceramah disana sini yang menghadirkan Syaikh Muhammad Bin 'Abdul Wahhab dan 'Abdurrohman Al-Adani dengan pengumuman yang gemerlap: "Kami bersama fulan, fulan dan fulan…." menyebut dan menggambarkan orang-orang yang bersama mereka padahal sebagian orang yang disebut tersebut tidak ridho namanya dicantumkan dalam pengumuman. Semuanya itu mereka lakukan dalam rangka untuk menghasilkan suatu kalimat yang keluar dari penceramah yang bisa mengesankan kepada orang-orang yang lemah iman dan tidak mempunyai komitmen yang kuat dalam berpegang dengan Sunnah -yang mempunyai cara pandang bahwa orang yang memujinya berarti bersamanya sementara orang yang menjelekkannya berarti bukan kelompoknya- bahwa penceramah tersebut berpihak kepada kelompok mereka.

Cara pandang yang seperti ini tentunya bukan prinsip Salafi. Bahkan prinsip Salafi yang benar adalah berpegang dengan kuat kepada al-haq dimanapun berada tanpa menghiraukan kepada orang yang memujinya atau yang mencelanya. Inilah prinsip yang diperintahkan oleh Alloh تعالى sebagimana dalam perktaan-Nya: "Wahai orang-orang yang beriman, jadilah kalian orang yang menegakkan keadilan, menjadi saksi karena Alloh meskipun kepada diri kalian sendiri, atau orang tua kalian, atau kerabat dekat kalian. Jika ia kaya atau miskin maka Alloh yang tahu kemaslahatanya. Maka janganlah kamu mengikuti hawa nafsu karena ingin menyimpang dari kebenaran. Dan jika kamu memutarbalikkan kata-kata atau enggan menjadi saksi maka sesungguhnya Alloh adalah Maha mengetahui segala apa yang kamu kerjakan." [QS. An-Nisa':135]

Ini adalah prinsip yang benar, kami tidak menunggu seseorang untuk memujiku dulu baru kemudian aku bekerjasama dengannya atau aku tidak menunggu seseorang untuk mencelaku baru kemudian aku meninggalkannya atau menjadi musuhnya.

Maka jadilah hizbiyyah 'Abdurrohman Al-'Adani sebagai tempat berlindungnya orang yang mempunyai tujuan jelek terhadap dakwah yang ingin melampiaskan keinginannya. Mereka ingin agar aku tetap pada posisiku akan tetapi mereka bisa menyetirku sesuai dengan keinginannya atau kalau tidak bisa seperti itu mereka akan bilang: "Bangkitlah kamu menjadi lawannya Al-Hajuri." dibawah fitnahnya 'Abdurrohman Al-'Adani.

Point 13: Tidak Menghargai Kinerja Orang Lain dan Penipuan kepada Sebagian Ulama

Diantara perbuatan mereka yang menunjukkan bahwa mereka meremehkan hasil kerja dari amal sholih yang dilakukan oleh orang lain dan melakukan penipuan kepada sebagian para 'ulama adalah:

Dahulu Al Akh Amin bersama kita dan beliau telah berdiri dihadapan kalian, beliau berkata bahwa mereka mengatakan: "Bagaimana pendapat kalian kalau kita pergi kepada Syaikh Fulan kemudian kita putarbalikkan fakta kepadanya sehingga beliau menjadi sempit dadanya sehingga akhirnya beliau nanti sendiri yang akan melakukan pemutusan hubungan antara Syaikh Yahya dengan para masyaikh yang lainnya."

Lihatlah perbuatan mereka, dengan dalil apa mereka melakukan hal itu? Apakah perbuatan ini adalah bagian dari manhaj salafi? Bahkan ini adalah manhajnya hizbi, melakukan fitnah perpecahan didalam dakwah. Ini adalah manhajnya Iblis sebagaimana yang dikatakan oleh Rosululloh صلى الله عليه وسلم: "Sesungguhnya syaithon telah putus asa untuk disembah di Jaziroh Arob, akan tetapi dia tidak putus asa untuk senantiasa menyalakan permusuhan/adu domba." [HSR. Muslim].

Point 14: Perampasan terhadap Masjid Ahlussunnah

Usaha mereka untuk merampas dan menguasai masjid terkadang dengan cara melakukan pendekatan terhadap pengurus masjid atau dengan cara mendatangi salah seorang yang simpati terhadap mereka kemudian mengelabui mereka dengan iming-iming uang. Dengan cara ini mereka berhasil merekrut orang yang mungkin dahulunya kurus kering, namun ketika sudah simpati kepada mereka menjadi orang yang banyak bicara dan berani mencela kami atau menjadi orang yang garang dan tidak mau menghormati kedudukan orang lain.

Demikian juga mereka mempengaruhi para pengurus tersebut sampai diantara mereka ada yang dibelikan mobil, atau barang ini dan itu sehingga akhirnya mereka mau menjual dirinya kepada hizbiyyah dengan harga murah dan menjadi orang yang zuhud terhadap kebenaran.

Point 15: Gerakan Bawah Tanah

Mereka mempunyai gerakan bawah tanah. (Mereka melakukan pembisikan-pembisikan kepada orang), bukan pembisikan yang dibolehkan oleh syari'at seperti bisikan seseorang kepada temannya, akan tetapi bisikan mereka ibarat gerakan bawah tanah yang kalau seandainya gerakan ini muncul kalian akan melihat bahwa gerakan tersebut melampaui semua gerakan bawah tanah yang tersembunyi.

Mereka telah melakukan gerakan bawah tanah pada fitnahnya Al-Bakri dan fitnah setelahnya, kami tidak mengetahui adanya gerakan tersebut sampai akhirnya terbongkar dan mereka mengeluarkan tulisan-tulisan di malzamah-malzamah. Padahal mereka sebelumnya sangat rapi dalam menyembunyikan gerakan bawah tanahnya.

Sekarang telah terkumpul lima belas point kesalahan mereka sebagaimana yang kalian dengar, dari tidak adanya penghormatan terhadap kinerja orang lain dalam kebaikan, kemudian tidak mau tahu terhadap hakikat agama yang benar ini, condong dan berpihak terhadap orang-orang yang terlantar dijalan-jalan hizbiyyah dan berpihak pula kepada orang-orang yang memusuhi dakwah ini sebagaimana yang kalian ketahui. Demikian juga upaya mereka untuk memakmurkan Markiz di Fuyusy dan lain sebagiannya dari perkataan mereka. 

Apakah setelah terkumpul pada mereka semua hal tersebut, kemudian diperbolehkan bagi seseorang-baik yang ber'ilmu atau yang awam-untuk mengatakan bahwa gerakan mereka bukan gerakan hizbiyyah yang terlarang? Salah, sungguh salah orang yang mengatakan demikian dan sungguh tidak pantas perkataannya ini untuk diikuti.
Penjelasan kita ini akan disebar dan akan ditampilkan kepada mereka, barang siapa yang mempunyai bantahan terhadap perkataan ini dipersilahkan untuk membantahnya.

Adapun berkaitan dengan saudara-saudara kita yang kami mendengar bahwa mereka adalah kelompok mutawaqqif (orang-orang yang tidak punya sikap dalam fitnah Abdurrahman Al Adany), sesungguhnya perbuatan mereka ini tidak kami perkenankan dan tidak mendapatkan udzur lagi setelah mereka mendengar apa yang kami sampaikan ini, dan setelah kami menjelaskan permasalahan ini dengan susah payah bersama para ikhwan. Sementara kalian menunggu peluang untuk menggagalkan kerja keras kita tersebut sebagaimana yang telah mereka lakukan. Sehingga jangan heran jika seorang mutawaqif berjalan bersama ahlul haq kemudian mereka melakukan penggembosan.

Diantara mereka mengatakan: "Permasalahan ini, bukan permasalahan kita, kita tidak pantas untuk mengurusnya, biarkanlah para ulama untuk mengurusnya." Kita katakan: "Benar, permasalahan diserahkan kepada para ulama', akan tetapi dibutuhkan juga kerja sama dalam kebaikan dan ketakwaan diantara ikhwan."

*  *  *

(Kesimpulan, edt)

Ini intinya dari apa yang kita sampaikan, kita cukupkan lima belas point didalam lembaran ini sebagai penjelas tentang hizbiyyahnya 'Abdurrohman Al-'Adani ini.

Setelah ini semua kalau disana ada orang yang mutawaqif dalam permasalahan ini, mereka tidak punya udzur lagi di sisi kami, dan dia tidak punya udzur dan dalil pula dalam membela sikapnya tersebut, dan kami juga nyatakan tidak ridho terhadap sikapnya tersebut.

Apa yang kami sampaikan ini adalah penjelas dari keterangan yang aku sampaikan tadi malam yakni sesungguhnya orang-orang yang tidak punya sikap dalam permasalahan ini setelah kalian melihat dan mendengar sendiri hakikat yang terjadi, mereka sesungguhnya tidak mempunyai itikad baik terhadap dakwah ini dan juga terhadap markaz Dammaj. Akan tetapi sesungguhnya mereka telah melakukan pembelaan terhadap orang-orang yang menyusup dalam dakwah ini untuk melakukan kerusakan didalamnya bahkan sebagian mereka ingin malampiaskan balas dendam terhadap kami dan terus menginginkan berkobarnya api fitnah dengan memanfaatkan moment fitnah ini atau mereka ingin senantiasa mengadakan perlawanan terhadap al haq dengan beralasan kenapa si fulan tidak melakukan begini dan begitu, kenapa si fulan tidak membela kamu dalam permasalahan ini dan itu,…dan seterusnya. Tentunya semua alasan ini tidak bisa diterima.

Permasalahan ini sebenarnya yang ingin kami bicarakan dan kami ingin agar orang yang masih memiliki sifat fanatis/sikap membela kelompoknya tanpa alasan yang benar untuk berdiri dan menyampaikan apa yang masih menjadi permasalahannya sehingga kami bisa menjelaskannya dengan gamblang.

Jika orang tersebut sudah tidak memiliki hujjah dalam membela sikapnya namun terus membela mereka maka ketahuilah bahwa sesungguhnya orang tersebut orang yang menginginkan perkara yang tidak baik di tempat ini dengan mencari-cari kelemahan kita. Hal ini tentunya tidak kami perkenankan.

Apa yang kita bicarakan sekarang tidak tercakup didalamnya para masyaikh Yaman, mereka adalah saudara kami -mudah-mudahan Alloh عز و جل senantiasa menjaga mereka- akan tetapi dalam permasalahan ini dengan yakin dan tanpa ragu-ragu kita katakan mereka telah keliru. Kita sampaikan ini dalam rangka untuk menjelaskan kepada orang-orang yang taqlid buta (mengikuti seseorang tanpa dalil) dalam fitnah ini kepada para masyaikh bahwa mereka telah salah.

Pada majelisnya Syaikh Robi'- mudah-mudahan Alloh menjaganya- para masyaikh berusaha agar Syaikh Robi' membujukku supaya aku mau memaafkannya yakni 'Abdurrohman Al-'Adani, demi Alloh beliau berkata kepadaku sambil memegang jenggotku dan menciumnya: "Maafkanlah dia." Maka aku jawab: "Iya, aku maafkan permasalahan yang bersifat pribadi antara aku dan dia, Insya Alloh."

Sampai disini mereka kelihatannya bersikap baik, akan tetapi ketika aku pulang ke Yaman setelah selesai dari ibadah Haji, aku tunggu sikap dan nasehat mereka yakni para masyayikh terhadap 'Abdurrohman Al-'Adani agar dia berlepas diri dari segala fitnah yang telah dilakukannya, dan menjelaskan bahwa dia telah berbuat ini dan itu. Namun harapanku kepada masyayikh tersebut sirna karena para masyaikh malah mengadakan pertemuan dengan dihadiri orang-orang yang fanatik kepada 'Abdurrohman Al-'Adani tanpa sepengetahuanku dan menghasilkan dari pertemuan tersebut pernyataan yang kami tidak meridhoinya.

Akhirnya kita jelaskan kepada mereka melalui surat bantahan bahwa sesungguhnya pernyataan mereka tersebut bukan pernyataan yang berlepas diri dari para pendusta 'Abdurrohman Al-'Adani dan komplotannya.

Seminggu kemudian muncul perkataan dari 'Abdurrohman Al-'Adani bahwa aku adalah orang yang paling fajir yakni dari kalangan orang yang dikatakan berilmu dan mendakwahkan agama dan lain sebagainya. Konsekuensi dari perkataannya ini berarti aku di mata 'Abdurrohman Al-'Adani adalah orang yang paling fajir dan pendusta melebihi 'Amr bin Kholid atau Al-Qordowi atau fulan dan fulan atau Suwaydan dan sekian banyak orang-orang Rofidhoh, demikian pula orang-orang Shufi seperti Al-Jafri atau Bin Hafidz dan yang lainnya dari tokoh-tokoh kejahatan.

Apakah hal ini menunjukkan 'Abdurrohman Al-'Adani taraju'/bertaubat dari perbuatan hizbinya atau main-main didalam arena dakwah dalam rangka agar para masyaikh simpati dan berpihak kepadanya untuk kemudian bersamanya menyerang dakwah Ahlussunnah dengan memanfaatkan moment fitnah yang ada. Kami mengatakan: "Kita menjelaskan fitnah ini kepada masyarakat melalui malzamah-malzamah yang telah dikoreksi dan dijamin kebenarannya, kita jelaskan dalam malzamah tersebut masalah ini dan itu dan sebagainya, semuanya tersebut kita lakukan sebagai bentuk kasih sayang kita kepada saudara-saudara kita Ahlussunnah." Akan tetapi hal ini disambut oleh para masyayikh sebagai bentuk penyebaran fitnah. Orang yang membaca malzamah tersebut menurut mereka adalah orang-orang yang menginginkan tersebarnya fitnah sedangkan sebaliknya orang yang tidak mau menyebarkannya berarti adalah orang-orang yang telah berbuat adil dan telah menjaga stabilitas persaudaraan diantara Alussunnah.

Oleh karena itu perkara tawaqquf ini tidak akan kita terima, akankah kalian bersikap untuk tawaqquf terus sampai datang kepada kalian orang-orang yang mempengaruhi kalian dengan pemikirannya kepada hizbiyyah sementara kalian tidak mau berusaha memahami perkara yang sesungguhnya terjadi dan tidak mau pula untuk membaca tulisan-tulisan yang ada? Sesungguhnya telah lahir dari sikap yang seperti ini permasalahan negatif yang sangat banyak.

Intinya dari semua ini, yang ingin kami wasiatkan dalam permasalahan ini adalah sikap yang tegas dan tidak boleh untuk mengatakan aku mutawaqqif karena kami tidak mau menerima sikap tawaqquf dalam permasalahan ini.

Adapun perkara yang berkaitan dengan para masyayikh -semoga Alloh تعالى menjaga mereka- aku senantiasa mengingatkan mereka, memuliakannya, mengirimi mereka surat dan kami senantiasa menasihati mereka karena Alloh. Aku nasihatkan dengan perkara yang aku lihat paling baik, baik ketika mereka datang kesini ataupun melalui surat. Aku sangat mencintai mereka karena Alloh, aku mendoakan mereka agar senantiasa mendapatkan taufiq dari Alloh dan agar mereka dijauhkan dari segala kejelekan.

Adapun yang berkaitan dengan Al Haq/kebenaran, aku menjelaskannya dengan bukti-bukti yang konkret, buktinya adalah lembaran kertas-kertas yang telah tersebar demikian pula perkataan-perkataan kami yang ada, semuanya menjelaskan bahwa perkara tawaqquf dalam permasalahan ini tidak diterima karena Al Haq sudah terang benderang.

Kami katakan juga, sesungguhnya orang yang tawaqquf adalah orang-orang yang di dalam hatinya ada penyakit yang mempunyai tujuan tertentu atau dia adalah orang yang tersamar baginya kebenaran dan mempunyai syubhat yang tidak bisa diterima, atau dia adalah orang yang lalai dari kebenaran. Oleh karena itu apa yang kami sampaikan ini adalah sebagai keterangan baginya dan setelahnya tidak boleh lagi untuk tawaqquf.

Mudah-mudahan Alloh عز و جل memberikan taufiqnya kepada kita semua, dan sebagaimana yang kami telah kemukakan bahwa bagi siapa saja yang masih mempunyai dakwah kepada tawaqquf maka kami akan memanggil orang tersebut, bukankah demikian...?

Dakwah adalah dakwah, hal yang demikian tidak akan kami biarkan akan tetapi kami akan berdiskusi dengannya sebagaimana kami telah mengundang berdiskusi kepada orang-orang yang melakukan fitnah kepada saya untuk duduk di majelis ini membuktikan tuduhan mereka dan menyelesaikan permasalahannya akan tetapi mereka menolak hal tersebut dan memilih untuk terus sibuk menyalakan api fitnahnya tersebut sampai sekarang. Kami telah mengundang mereka jika sebagian dari mereka ada yang hadir di majelis ini berarti mereka telah mendengar perkataan saya ini, jika dari mereka tidak ada yang hadir di majelis ini maka kalian telah mendengarnya dan Insya Alloh hal ini akan sampai juga kepada pendengaran mereka.

Mudah-mudahan Alloh عز و جل memberikan kepada kita taufiqnya dan menunjukkan kepada kita kepada jalan yang dicintainya dan diridhoinya.

Sumber: ashhabulhadits.wordpress.com/
Judul: dari Sumbernya.
Diposting & Diedit seperlunya di Blog ini.
rabb mutawaqif robb ahlus sunnah ahlis taroju menasihati nasihatkan hakekat rab mubarak shalih yayasan penuntut haram ilmu batil kebatilan adeniy adaniy faedah ilmiyyah ilmiyah hizbiyah hizbiy taklid adany adeny mustolah musthalah Masyayikh nasehat akhlak da'wah bara' taqwa takwa ketaqwaan
Lebih baru Lebih lama

نموذج الاتصال