JS Post by Label

Ijtihad yang Boleh dan yang Tidak Diperbolehkan

Asy-Syaikh Abu Fairuz Abdurrohman Al-Jawiy Al-Indonesiy .
Al Imam Abu Ishaq Asy Syairaziy Asy Syafi'iy رحمه الله berkata: "Urusan syariat maka dia itu ada dua jenis: jenis yang mana boleh berjtihad di dalamnya, dan jenis yang mana tidak boleh berjtihad di dalamnya.

Adapun jenis yang mana tidak boleh berjtihad di dalamnya; maka dia itu juga ada dua jenis lagi:
  1. Yang pertama: perkara yang telah diketahui secara sangat pasti dari agama Rosululloh صلى الله عليه وسلم, seperti sholat fardhu, zakat yang wajib, dan juga diharomkannya zina, homoseksual, minum khomr dan yang lainnya. Maka barangsiapa menyelisihi sedikit saja dari yang demikian itu maka sungguh dia telah mendustakan Alloh تعالى dan Rosul-Nya صلى الله عليه وسلم di dalam berita keduanya, maka dia dihukumi sebagai orang kafir.

  2. Yang kedua: perkara yang tidak diketahui secara sangat pasti dari agama Rosululloh صلى الله عليه وسلم, seperti hukum-hukum yang pasti dengan ijma' para Sahabat dan fuqoha berbagai negeri, akan tetapi hukum-hukum tadi tidak sampai diketahui secara sangat pasti dari agama Rosululloh صلى الله عليه وسلم, maka kebenaran dalam masalah itu adalah satu saja, yaitu apa yang telah disepakati oleh orang-orang. Maka barangsiapa menyelisihi dalam sedikit saja dari masalah tadi setelah dia tahu hukumnya, maka dia dihukumi sebagai orang fasiq. 
Adapun perkara yang mana boleh berijtihad di dalamnya maka dia itu adalah masalah-masalah yang mana para fuqoha negeri-negeri memperselisihkannya menjadi dua pendapat, ... dan seterusnya.[1]"

[Selesai dari "Al Luma' Fi Ushulil Fiqh"/Asy Syairaziy/hal. 72].

Al Imam Abul Muzhaffar As Sam'aniy رحمه الله berkata: "Dan ketahuilah bahwasanya pendapat yang berselisih di dalam satu kejadian itu ada dua jenis: jenis yang tidak boleh di dalamnya perselisihan, dan jenis yang mana perselisihan di dalamnya diperbolehkan.

Adapun jenis yang mana perselisihan tidak diperbolehkan di dalamnya adalah seperti: usul (dasar-dasar) agama berupa tauhid, sifat-sifat Yang Maha Pencipta عز و جل , dan dia itu disepakati tidak boleh ada perselisihan di dalamnya. Demikian pula perkara-perkara furu' (cabang-cabang) yang telah diketahui kewajibannya dengan dalil yang pasti seperti: sholat, zakat, puasa dan haji. Begitu pula perkara-perkara terlarang yang telah pasti dengan dalil yang pasti pula; maka tidak boleh ada perselisihan pendapat di dalamnya sedikitpun. 
Adapun perkara-perkara yang di dalamnya boleh ada perselisihan adalah: cabang-cabang agama jika hukum-hukumnya diambil berdasarkan alamat-alamat ijtihad dan makna-makna istinbath (pengambilan hukum dan pelajaran), maka perselisihan para ulama di dalamnya itu diperbolehkan, dan setiap orang dari mereka itu boleh mengamalkan apa yang dihasilkan oleh ijtihad mereka di dalam perkara tadi."

[Selesai dari "Qawathi'ul Adilloh Fil Ushul"/As Sam'aniy/3/hal. 407-408].
_______________________________

[1] Penulis –Abu Fairuz و فقه الله –berkata: Yaitu: ketika dalil yang jelas terhadap suatu masalah itu tidak ditemukan, di situlah para ulama boleh berijtihad. Al Imam As Sarkhasiy Al Hanafiy رحمه الله berkata: "...Hanya saja kami syaratkan dalam masalah itu bahwasanya ro'yu itu dipakai ketika keinginan untuk mendapatkan jawaban dari wahyu itu sudah habis, dan itu seperti apa yang disyaratkan pada umat ini dalam beramal dengan ro'yu, hendaknya dia memaparkannya pada Al Kitab dan As Sunnah. Jika tidak didapatkan penjelasannya dari situ, maka ketika itulah mereka boleh berijtihad dengan ro'yu."
["Ushulus Sarkhasiy"/2/hal. 95-96]

Sumber: https://t.me/dars_syaikh_abu_fairuz/1405
Judul: Asli.
Diposting & Diedit seperlunya tanpa merubah maknanya.
Allah Rasulullah Rasululloh ra'yu Salat Shalat Rosul fuqaha fasik
Lebih baru Lebih lama

نموذج الاتصال