JS Post by Label

Kesudahan yang Buruk dari Jajaran Mutawaqqifin akan Fitnah dan Hizbiyyahnya Al-Adany, Muhammad Bin Hizam, Abu Hazim

Al-Ustadz Abu Hanan Utsman As-Sandakaniy .

KETAUHILAH:

Diam tidak menentukan sikap dan tidak mengumumkan mauqifnya ketika kebenaran telah jelas dengan hujjah dan burhan, maka itu akan menguatkan kebathilan.

Jika seorang penuntut ilmu melihat bagaimana bid'ahnya dan hizbiyyahnya seseorang tersebar luas dan memiliki para penyeru, pengusung serta pembelanya yang mengangkat simbol-simbol kebathilan dan mengajak manusia kepada berbagai macam kesesatan dan dia juga memiliki orang-orang yang menyerang ahli haq, maka bagaimana bisa dibenarkan jika dia hanya diam saja, dan tidak mau mengumumkan mauqifnya, apalagi orang tersebut sudah divonis sebagai hizby mubtadi'.

Siapa Itu Orang yang Mutawaqqif Sebenarnya dalam Fitnah?

Ada 2 jenis yang disebutkan oleh Syaikhuna An-Naaqid Al-Bashiir Abu Fairuz Al-Jawi Al-Qudsiy حفظه الله:

1. TAWAQQUF boleh jadi adalah mencari atau menginginkan perhentian. 

Atau boleh jadi tawaqquf, tawaqqofa, itu kembali ke asal fi'il nya yaitu alwaqof yaitu berhenti, waqofa artinya berhenti, Berhenti dalam artian tidak memberikan keputusan, tidak mendukung pihak ini, tidak mendukung pihak itu, tidak mendukung Ahlul Haq, tidak mendukung Ahlul Bathil,

Tetapi tentunya hukumnya adalah kalau kebenaran telah ditegakkan dengan dalil-dalilnya kita wajib menolong kebenaran, dan wajib mendukung kebenaran, harom membiarkan Ahlul Haq itu ditelantarkan tidak dibantu, sebagaimana kita juga harom untuk menolong kebathilan,

Bahkan kewajiban, dalil-dalil yang ada, Manhaj Salaf menunjukkan wajibnya menolong kebenaran dan menolong Ahlul Haq, BUKAN HANYA DIAM SAJA, BUKAN HANYA TIDAK MENOLONG AHLUL BATHIL,

MEMANG WAJIB UNTUK MENOLONG AHLUL HAQ, UNTUK MEMERANGI AHLUL BATHIL, Diperintahkan untuk TA'AWWUN 'ALAL BIRRI WAT TAQWA, diperintahkan untuk jihad bersama-sama bagi orang yang mampu, yang tidak mampu menampilkan dukungan kepada Ahlul Haq, bukan malah tawaqquf, tatkala dalil sudah jelas,

Itulah yang namanya At-tawaqquf,

2. Bukan hanya yang namanya tawaqquf itu yaitu saya sudah membela Ahlul Haq dan saya sudah menyerang Ahlul Bathil, berarti saya sudah bukan tawaqquf,

Sesuai dengan kadarnya apa yang diperlukan pada waktu itu, kalau yang di perlukan adalah bersatu untuk MEMVONIS BAHWASANYA MUBTADI' ADALAH MUBTADI', KAFIR ADALAH KAFIR, maka ini diperlukan, bukan hanya sekedar menyerang dan memburuk-burukkan Ahlul Bathil, tetapi juga menghukumi sesuai dengan kadarnya,

Karena berapa banyak orang yang tidak berani melawan seseorang karena saya tahu dia salah tetapi dia tidak sampai menjadi mubtadi',

Jadi DUKUNGAN KITA KEPADA AHLUL HAQ ADALAH KITA MEYAKINI ORANG ITU ADALAH MUBTADI' SEHINGGA LAYAK UNTUK DIHAJR, LAYAK UNTUK DITAHDZIR, dan seterusnya,

Ini bagian pembahasan masalah tawaqquf, karena ada orang mengatakan saya bukan Mutawaaqif, saya menyalahkan Al Adaniy, tetapi...., tetapi ini yang jadi masalah, tetapi dia bukan mubtadi' bagi saya, ini berarti masih TAWAQQUF,

Sudah di tetapkan hukum bahwasanya dia adalah MUBTADI', kenapa Anda masih TAWAQQUF???, Tidak memberikan keputusan, sementara hukum sudah sangat jelas fatwa sudah sangat jelas, dalil-dalil juga sudah sangat jelas,

APA DEFINISI MUBTADI' KALAU BEGITU???, DAN APA DEFINISI HIZBIY KALAU BEGITU MENURUT ANTUM???,

Sementara Antum sekedar menyalahkan tetapi tidak menghukumi orang itu mubtadi', berarti apa sih Mubtadi' menurut Antum itu???,

Demikian pula apa itu HIZBIY sehingga masih TAWAQQUF, masih berhenti, tidak memberikan keputusan dan tidak menolong Ahlul Haq di dalam VONIS MEREKA,

[Lihat dalam fatwa beliau.]

Apa yang membuat berat bagi seseorang sunny salafy mengatakan: dia seorang hizby, mubtadi'?

Kapan ummat akan menyadari dan berhati-hati dari mereka para hizbiyyun, mubtadi'ah jika kita sebagai penuntut ilmu diam dan tidak menyuarakan akan fitnah dan hizbiiyyah mereka?

Benarlah apa yang dikatakan oleh Imam Ahmad رحمه الله.

Berkata Muhammad bin Bandar Al-Jurjani رحمه الله:

قلت لأحمد بن حنبل : إنه ليشتد عليَّ أن أقول : فلانٌ ضعيفٌ، فلانٌ كذابٌ ؟ إذا سكتَّ أنت، وسكتُّ أنا، فمتى يعرف الجاهل الصحيح من السَّقيم.

"Aku berkata kepada Imam Ahmad bin Hambal: "sungguh sangat berat atasku mengatakan si Fulan lemah, si Fulan pendusta?" Berkata Imam Ahmad: "Jika kamu diam, dan akupun diam, maka kapan orang yang jahil bisa mengetahui orang yang sehat dari orang yang sakit."" [Majmu' Al-Fatawa 28/231]

Dan mereka para mutawaqqifun adalah orang yang sakit dan wajib dijelaskan keadaan mereka.

Berkata Syaikhuna Yahya Bin Ali Al Hajuriy حفظه الله:

"المتوقفون مصيدة للفتنة وهم بالحقيقة مرضى."

"Orang-orang yang mutawaqqifun adalah tempat perangkap terhadap fitnah, dan mereka sejatinya adalah orang-orang sakit." [Tercatat: 5 Robi'ul Awal 1430 H]

Dan memberikan vonis hizby, mub'tadi atas seseorang yang sudah layak untuk divonis termasuk dari amar ma'ruf nahi mungkar.

? Soal yang kami ajukan pada ulama:

سائل يقول: هل حكم التبديع والتحزيب للرجل الذي قد بانت فتنته وحزبيته وبدعه بالحجة والأدلة الواضحة داخل فى الأمر بالمعروف والنهى عن المكنر؟؟

"Apakah hukum vonis mub'tadi hizby terhadap seseorang yang telah nampak fitnahnya, hizbiyyahnya dan bid'ahnya dengan hujjah dan dalil yang jelas, masuk dalam kategori amar ma'ruf nahi mungkar?"

1. Jawaban Syaikhuna Abdul Ghony Al-Umary حفظه الله:

نعم داخل فى الأمر بالمعروف والنهي عن المنكر.

"Masuk dalam amar ma'ruf wa nahi mungkar."

2. Berkata Syaikhuna Abu Hatim Yusuf Al-Jazairy حفظه الله:

[8/8 06:53] الشيخ يوسف: نعم

"Naam dan itu termasuk amar ma'ruf nahi mungkar."

3. Berkata Syaikhuna Abu Fairuz حفظه الله:

نعم نعم لا شك في ذلك لأن الله تبارك وتعالى لم يزك شخصا إلا وفي ذلك إشارة إلى أنه أمرنا بحبه والتأسى به، ولا يجرح شخصا إلا وفي ذلك إشارة إلى أنه نهانا عن حبه واتباع سبيله، وإلا زالت بعض حِكم الجرح والتعديل في القرآن. وهذا معروف من خلال أقوال المفسرين في ذلك.

وهكذا ما قام به النبي والسلف. فالجرح والتعديل من الأمر بالمعروف والنهي عن المنكر. والله تعالى أعلم بالصواب

"Iya, iya tanpa diragukan lagi pada hal tersebut, sebab Alloh tidaklah memuji seseorang kecuali pada hal tersebut terdapat isyarat bahwa Alloh memerintahkan kepada kita untuk mencintainya dan mengikutinya, dan tidaklah Alloh menjarh seseorang kecuali padanya terdapat isyarat bahwa Alloh melarang kita untuk mencintainya dan mengikuti jalannya, dan jika tidak, maka akan hilang sebagian hukum jarh wa ta'dil dalam Al-Qur'an. Dan ini telah ma'ruf dari sela-sela perkataan ahli tafsir pada perkara itu.

Dan demikian pula apa yang dilakukan oleh nabi dan salaf. Maka jarh wa ta'dil termasuk dari amar ma'ruf nahi mungkar. WAllohu ta'ala A'lam."

[Selesai penukilan.]

Dan di mana kalian wahai para mutawaqqifun dengan hadits Muslim dari Abu Huroiroh رضي الله عنه‎:

المسلم اخو المسلم لا يخذله.

"Seorang muslim saudara bagi muslim yang lain, jangan dia menelantarkannya."

Berkata Imam An-Nawawi رحمه الله:

لا يخذله أي عند أمره بالمعروف او نهيه عن المنكر...

"Jangan dia menelantarkannya ketika dia melakukan amar ma'ruf nahi mungkar." [Syarh Al-Arbain hal 246.]

Berkata Al-Qodhi 'Iyadh رحمه الله:

لا يترك نصره فى الحق.

"Jangan dia meninggalkan pertolongan pada saudaranya dalam (menguatkan, pent') Al-Haq." [Al-Masyariq 1/361]

Berkata Asy-Syaikh Al-Allamah Al-Utsaimin رحمه الله:

ولا يخذله فى مقام يجب أن ينتصر فيه.

"Tidak menelantarkannya pada posisi yang pertolongan wajib didalamnya." [Syarh Al-Arbain 249-251.]

Dan mutawaqqifun di saat fitnah terjadi adalah mereka-mereka yang menelantarkan ahli haq saat dibutuhkan, dan ini termasuk dari bentuk pengkhianatan dan penipuan terhadap agama dan kaum muslimin.

? Soal yang kami ajukan pada ulama:

[8/8 18:52] ابو حنان عثمان السندكاني: السلام عليكم ورحمة الله وبركاتة. احسن الله إليك يا شيخنا.
فمن سكت ان يتكلم بحكم الإبتداع والتحزيب عمن يستحق الجرح والتحذير منه فإنه يكون خائنا غاشا لدين الله وللمسلمين. فهل هذا الكلام صحيح؟

"Assalamualaikum warahmatullahi wa barakatuh. AhsanAllohu ilaika ya syaikhana.

"Siapa yang diam untuk berbicara hukum vonis kebid'ahan dan hizbiyyah dari orang yang berhak untuk dijarh dan ditahdzir darinya, maka dia adalah orang yang pengkhianat, penipu terhadap agama Alloh dan kaum muslimin."

Apakah ucapan ini benar?"

1. Jawaban Syaikhuna Thoriq Al-Ba'dany حفظه الله:

[9/8 01:45] الشيخ طارق: وعليكم السلام ورحمه الله وبركاته. نعم لايجوز لمن هو أهل لذلك أن يسكت.

"Wa alaikum salam warahmatullahi wa barakatuh, Ia (ucapan itu benar), tidak boleh diam ( mengatakan hukum mubtadi, hizby) terhadap siapa yang pantas akan hal tersebut."

2. Berkata Syaikhuna Abdul Ghoni Al-Umary حفظه الله:

وعليكم السلام ورحمة الله وبركانة. بلا شك إذا رؤي الرجل يعنى مبتدع ضال ولا يحذر منه، فعدم التحذير منه خاصة ممن له أهلية يعتبر الغش.

"Wa Alaikum salam warahmatullahi wa barakatuh. Tanpa diragukan lagi, jika dilihat seorang lelaki yakni orang mubtadi' sesat, dan tidak ditahzir darinya, maka tidak adanya tahdzir darinya terkhusus dari orang yang punya keahlian, maka teranggap penipu." 

[Selesai penukilan.]

3. Berkata Syaikhuna Abu Fairuz حفظه الله:

إن الذين يخذلون أهل السنة فى وقت الحاجة فإنهم يعتبرون خونة لإخوانهم وقد خالفوا كتاب الله وسنة رسول الله ومنهج السلف.

"Sesungguhnya orang yang menelantarkan ahli sunnah pada waktu yang dibutuhkan, maka mereka teranggap khianat pada saudara mereka, dan telah menyelisihi Al Kitab dan As Sunnah dan manhaj salaf." [Lihat At-Taj'liyyah karya beliau hal. 292]

Dan mereka yang telah tervonis sebagai hizby mubtadi', wajib untuk ditahdzir karena fitnah telah merubah keadaan mereka.

Berkat Syaikhuna Abu Hatim Sa'id bin Da'as Al-Ya'fiy رحمه الله:

فمن خذلان والغش ترك النصح او التحذير ممن علم خطأه وغيرته الفتن

"Dan dari bentuk menelantarkan dan penipuan pada saudaranya, adalah meninggalkan nasihat atau meninggalkan tahdzir (peringatan untuk menjauhi, apakah dengan mengatakan vonis hizby, mubtadi) dari orang yang diketahui kesalahannya dan telah diketahui fitnah telah merubahnya." [Tanzihus Salafiyyah hal. 68]

Berkata Al-Allamah Al-Ibrohimiy رحمه الله dalam Al-Atsar:

واجب العالم الديني أن ينشط الى الهداية كلما نشط الضلال وأن يسارع الى نصرة الحق كلما رأى الباطل يصارعه، وأن يحارب البدعة والضرر والفساد قبل ان تمد مدها وقبل أن يتعودها الناس فترسخ جذورها فى النفوس ويعسر اقتلاعها.

"Wajib bagi orang yang berilmu, yang beragama, semangat memberikan hidayah, setiap kali kesesatan menguat tersebar, ia pun bersegera dalam menolong al-haq, setiap kali ia melihat kebatilan bergelut dengannya, iapun memerangi bid'ah, bahaya, dan kerusakan sebelum merajalela dan sebelum manusia terbiasa diatasnya, sehingga akar bidah, dan kerusakan itu tertancap kuat dalam jiwa dan sulit berlepas darinya." [Shawarif 'anil haq hal 143.]

Hal di atas berdasarkan firman Alloh تعالى:

وَتَعَاوَنُوا۟ عَلَى ٱلْبِرِّ وَٱلتَّقْوَىٰ ۖ وَلَا تَعَاوَنُوا۟ عَلَى ٱلْإِثْمِ وَٱلْعُدْوَٰنِ ۚ

"Tolong-menolonglah kalian dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran."

Dan juga Alloh تعالى berfirman:

فَلَمَّآ أَحَسَّ عِيسَىٰ مِنْهُمُ ٱلْكُفْرَ قَالَ مَنْ أَنصَارِىٓ إِلَى ٱللَّهِ ۖ قَالَ ٱلْحَوَارِيُّونَ نَحْنُ أَنصَارُ ٱللَّهِ

"Maka tatkala Isa mengetahui keingkaran mereka (Bani lsroil) berkatalah dia: "Siapakah yang akan menjadi penolong-penolongku untuk (menegakkan agama) Alloh?" Para Hawariyyin (sahabat-sahabat setia) menjawab: "Kamilah penolong-penolong (agama) Alloh."" [QS. Ali Imron: 52]

Berkata Imam As-Sa'di رحمه الله:

من انصاري الى الله : من يعاونني ويقوم معي بنصرة دين الله.

"Siapa yang menjadi penolong-penolongku, : siapa yang akan membantuku dan tegak bersamaku dalam menolong agama Alloh." [Tafsir As-Sa'di]

Demikian pula orang yang menelantarkan Al haq dan tidak memberikan dukungan pada para pembawanya dari kalangan mutawaqqifin bukan termasuk dari sifat seorang mukmin.

وبهذا عرفنا أن تخذيل أهل الحق فى وقت الحاجة ليس من صفات المؤمن.

"Dengan itu kita mengetahui bahwa menelantarkan al haq pada waktu yang dibutuhkan bukan merupakan sifat orang mukmin." [Lihat Majmu fatawa 28/308.]

Maka yang wajib bagi semua sesama mukmin adalah saling bahu-membahu dalam mendukung, menyuarakan Al-Haq dalam rangka menghinakan pelaku bid'ah, dan justru dengan diam dari kebid'ahan mereka, ini termasuk dari kebathilan.

Berkata Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah رحمه الله:

والواجب على جميعهم أن يكونوا يدًا واحدة مع المُحِقِّ على المُبطِل، فيكون المعظَّم عنده (عندهم) مَن عظَّمه الله ورسوله - صلَّى الله عليه وسلَّم - والمقدَّم عندهم مَن قدَّمَه الله ورسوله - صلَّى الله عليه وسلَّم - والمُهان عندهم مَن أهانه الله ورسوله - صلَّى الله عليه وسلَّم - بحسب ما يُرضِي الله ورسوله - صلَّى الله عليه وسلَّم - لا بحسب الأهواء؛ فإنَّه مَن يُطِع الله ورسوله - صلَّى الله عليه وسلَّم - فقد رشد، ومَن يعصِ الله ورسوله - صلَّى الله عليه وسلَّم - فإنَّه لا يذلُّ إلا نفسه"

"Dan yang wajib bagi semua mereka adalah bersatu bersama dengan orang-orang yang mengikuti dan menjalankan Al haq untuk melawan orang yang mengikuti dan melakukan kebathilan, 

Sehingga yang dimuliakan di sisi mereka adalah siapa yang Alloh dan Rosul-Nya memuliakannya,

Yang dikedepankan disisi mereka adalah siapa yang Alloh dan Rosul-Nya kedepankan,

Dan yang terhina disisi mereka adalah siapa yang Alloh dan Rosul-Nya menghinakannya, 

Disesuaikan dengan apa yang membuat Alloh dan Rosul-Nya ridho, bukan sesuai dengan hawa nafsu, sebab siapa yang taat kepada Alloh dan Rosul-Nya maka ia mendapatkan petunjuk, dan siapa yang bermaksiat kepada Alloh dan Rosul-Nya, maka ia tidak akan menghinakan kecuali dirinya sendiri."

[Majmu' Al-Fatawa 28/17]

Dan orang yang mutawaqqif, mereka adalah mukhadzdzil (yang menelantarkan Al Haq dan para pembawanya).

Berkata Syaikhuna Al-Allamah Al-Muhaddits Yahya Al-Hajury حفظه الله:

الرضا بالباطل باطل وكذلك السكوت عن الباطل باطل لأنه يعتبر تخذيلا لأهل الحق، ولعل الله خذل من خذل دينه وأما من حذر عن الحزبيين فجزاه الله خيرا.

"Ridho dengan suatu kebathilan adalah bathil, dan diam (dari berbicara) akan suatu kebathilan adalah bathil, sebab itu teranggap takh'dzilan (tidak ada pertolongan) terhadap Ahli Haq, semoga Alloh menelantarkan siapa yang menelantarkan agamaNya.

Dan adapun orang yang memperingatkan (agar menjauhi) dari orang orang hizbiyyin, semoga Alloh membalas kebaikan padanya."

[Faedah dari salahsatu dars beliau 1430 Hijriyyah.]

? Soal yang kami ajukan pada Syaikhuna Abu Fairuz حفظه الله:

[8/8 01:35] ابو حنان عثمان السندكاني: السلام عليكم ورحمة الله وبركاتة. احسن الله اليك يا شيخنا.
هل التوقف عن حكم اهل الحق على رجل منحرف بأنه حزبي ومبتدع يعتبر تخذيلا لهم؟ علما ان اهل الحق فى وقت الحاجة نصرته فيه.

"Assalamualaikum warahmatullahi wa barakatuh. AhsanAllohu ilaika ya Syaikhana. Apakah sikap tawaqquf akan hukum ahli haq atas seseorang yang menyimpang bahwa dia itu Hizby mubtadi' teranggap takh'zil / penelantaran terhadap ahli haq, bersamaan dengan itu ahli haq pada waktu membutuhkan pertolongannya?"

Berkata Syaikhuna Abu Fairuz حفظه الله:

وعليكم السلام ورحمة الله وبركاته. من قدر على نصرة أهل الحق، وقد علم بطلان مسلك أهل الباطل وعلم أن الحجة قد قامت غير أن هذا الشخص تعامى عن ذلك كله أو احتقر بأهل الحق وحججهم فتوقفه عن بدعية ذاك المكحوم عليه بالبدعة والحزبية يعتبر تخذيلا لهم ما داموا محتاجين إلى نصرته وأمثاله. وقد قال النبي - صلى الله عليه وسلم -؛: (المسلم أخو المسلم لا يظلمه ولا يخذله ولا يحقره) رواه مسلم عن أبي هريرة - رضي الله عنه -. والله تعالى أعلم بالصواب.

"Wa Alaikum salam warahmatullahi wa barakatuh. Dan siapa yang mampu untuk menolong Al haq dan telah mengetahui kebathilan jalannya ahli bathil dan telah mengetahui bahwa hujjah telah tegak, kecuali orang itu pura-pura buta akan hal semuanya atau dia meremehkan ahli haq dan hujjah mereka.

Maka mutawaqqifnya dia akan kebid'ahan orang yang dihukumi atasnya dengan hizbiy dan mubtadi' itu tertanggap takh'dzil / penelantaran terhadap Ahli Haq selama mereka butuh pertolongannya dan yang semisalnya. Dan Rosululloh‎ صلى الله عليه وسلم bersabda: "seorang muslim saudara bagi muslim lainnya, tidak boleh menelantarkannya dan menghinakannya," diriwayatkan oleh imam Muslim dari abu Huroiroh رضي الله عنه‎. WAllohu a'lam."

[Selesai penukilan.]

Dan orang mukhadzdzil dari kalangan mutawaqqifin tidak akan membahayakan kelompok yang haq dan tertolong, dan sungguh Alloh akan mencukupi kelompok tersebut dari makar para musuhnya dan hanya saja itu akan membahayakan diri mereka para mutawaqqifin.

Dan dari Tsauban RadhiAllohu Anhu:

لا تَزَالُ طَائِفَةٌ مِنْ أُمَّتِي ظَاهِرِينَ عَلَى الْحَقِّ لَا يَضُرُّهُمْ مَنْ خَذَلَهُمْ حَتَّى يَأْتِيَ أَمْرُ اللَّهِ وَهُمْ كَذَلِكَ

"Akan senantiasa ada sekelompok orang di antara umatku yang menang di atas kebenaran, tidaklah membahayakan mereka orang lain yang menelantarkan mereka hingga datang ketetapan Alloh sementara mereka senantiasa berada dalam keadaan demikian." [Diriwayatkan oleh Imam Muslim]

Dan justru jika dia tidak menerapkan amar ma'ruf nahi mungkar, dalam artian tidak ada dukungan terhadap hukum vonis mubtadi' hizby, ini hakikatnya hanya memberikan tambahan kesempatan peluang bagi ahli bid'ah itu untuk melakukan kebathilannya, maka dia bisa masuk dalam firman Alloh:

لُعِنَ ٱلَّذِينَ كَفَرُوا۟ مِنۢ بَنِىٓ إِسْرَٰءِيلَ عَلَىٰ لِسَانِ دَاوُۥدَ وَعِيسَى ٱبْنِ مَرْيَمَ ۚ ذَٰلِكَ بِمَا عَصَوا۟ وَّكَانُوا۟ يَعْتَدُونَ كَانُوا۟ لَا يَتَنَاهَوْنَ عَن مُّنكَرٍ فَعَلُوهُ ۚ لَبِئْسَ مَا كَانُوا۟ يَفْعَلُونَ

"Telah dilaknat orang-orang kafir dari Bani Isroil dengan lisan Daud dan Isa putera Maryam. Yang demikian itu disebabkan mereka durhaka dan selalu melampaui batas. Mereka tidak melarang kawan mereka berbuat maksiat. Bahkan para pendosa di antara mereka melakukan perbuatan maksiat dan kemungkaran secara terang-terangan, karena tidak ada yang melarangnya. Sungguh buruk sekali sikap mereka yang tidak mau melarang kemungkaran tersebut." [QS. Al-Maidah: 78-79]

Dan penuntut ilmu yang mutawaqqif yang diam dan tidak mau mengumumkan mauqifnya yang tegas akan kehizbiyyahan dari seorang yang telah divonis dengan hizby termasuk bentuk dukungan terhadap kebathilan dan menguatkan kaidah khalfiyyah (yang di ada-adakan oleh ahli bathil) dan tidak layak untuk diambil ilmunya.

Dan apabila telah sampai pada mereka hujjah dan bayan akan bahayanya mutawaqqifin, akan tetapi mereka tetap tidak mau menerima nasihat dan terus-menerus di atas keadaan mereka, maka bisa masuk dalam jajaran hizbyiyyin dan ahli ahwa.

? Soal yang kami ajukan pada ulama Yaman:

[7/8 22:06] ابو حنان عثمان السندكاني: السلام عليكم ورحمة الله وبركاتة. احسن الله اليك يا شيخنا.
نسأل عن توقف بعض طلبة العلم عن اعلان موقفهم على حزبية محمد بن حزام وغيره من الحزبيين. هل هذا يعتبر تأييدا للباطل؟

"Assalamualaikum warahmatullahi wa barakatuh. AhsanAllohu ilaika Ya syaikhana. Kami menanyakan akan tawaqqufnya sebagian penuntut ilmu dari mengumumkan mauqif mereka akan hizbiyyahnya Muhammad bin hizam dan selainnya dari kalangan hizbiyyin. Apakah ini teranggap menguatkan atau memberikan dukungan terhadap kebathilan??"

1. Jawaban Syaikhuna Thoriq Al-Ba'dany حفظه الله:

[8/8 01:40] الشيخ طارق: وعليكم السلام ورحمه الله وبركاته. المتوقف هو حزبي مثلهم بل أشد.

"Wa Alaikum salam warahmatullahi wa barakatuh. Orang yang mutawaqqif, dia adalah seorang hizby semisal mereka, bahkan dia lebih parah dari mereka."

2. Berkata Syaikhuna Abdul Ghoni Al-Umary حفظه الله:

وعليكم السلام ورحمة الله وبركاتة. المتوقف لهذه الفتنة يُتوقف، هذه الحقيقة، ومن هذا تأييد للقواعد الخلفية.

"Wa Alaikum salam warahmatullahi wa barakatuh. Mutawaqqif terhadap fitnah-fitnah ini, dia diberhentikan (dari mengambil ilmunya), ini adalah sebuah hakikat, dan ini menguatkan kaidah-kaidah yang diada-adakan orang di belakang (dari ahli bathil)."

[Selesai penukilan]

Dan ini yang juga disebutkan oleh Syaikhuna Abu Fairuz حفظه الله: "ORANG-ORANG YANG TIDAK MENDUKUNG ABU HAZIM SEBAGAI MUBTADI', dia hakikatnya hanya memberikan tambahan kesempatan dan angin untuk Ahlul Bida' itu untuk melakukan kebathilannya, jelas ini SANGAT KELIRU BESAR, ini SYUBUHAT YANG BERBAHAYA, TIDAK LAYAK UNTUK DI AMBIL ILMUNYA," [Dalam salah satu fatwa beliau.]

Bahkan siapa yang diketahui dari seseorang akan tidak adanya bentuk kerjasama dalam memerangi sebagian ahli bid'ah dari para mutawaqqifin, maka ini seperti apa yang dikatakan oleh ahli ilmu.

Berkata Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah رحمه الله terhadap orang-orang yang tidak ada ta'awun dalam memerangi sebagian ahli bid'ah:

بل تجب عقوبة كل من عرف حالهم و لم يعاون على القيام عليهم؛ فإن القيام عليهم من أوجب الواجبات.

"Bahkan wajib menghukumi setiap orang yang diketahui keadaan mereka, dan tidak tegak menolong dalam memerangi mereka, dan tegak memerangi mereka termasuk sebesar-besar kewajiban." [Majmu Al-Fatawa 2/132]

Dan amar ma'ruf nahi mungkar merupakan pokok dari pokok-pokok agama.

Berkata Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah رحمه الله:

فإن أصل الدين هو الأمر بالمعروف والنهى عن المنكر..

"Sesungguhnya asal pokok agama adalah amar ma'ruf nahi mungkar..." [Majmu' Fatawa 27/442]

Berkata Syaikhuna Abu Fairuz حفظه الله:

والسكوت عن منكرات أهل البدع مع القدرة والعلم ومع حاجة أهل الحق الى نصرته يعتبر مخالفة لأصل من اصول السلفية وهذا الفعل يدل على خروج الرجل من أهل السنة.

"Diam dari kemungkaran ahli bid'ah, disertai dengan kemampuan dan ilmu darinya, bersamaan itu butuhnya ahli haq atas pertolongannya, maka ini teranggap menyelisihi ushul dari ushul salafiyyah dan perbuatan ini menunjukkan akan keluarnya lelaki itu dari ahli sunnah." [Lihat At-Tajliyyah karya beliau.]

Berkata Al-Imam Abul Mudz'fir Ash-Shom'any رحمه الله:

كل من كان من أصول الدين فالأدلة عليها ظاهرة باهرة والمخالف فيه معاند مكابر والقول بتضليله واجب والبراءة منه شرع.

"Setiap apa yang merupakan Ushul/pokok agama, maka dalil atasnya itu nampak, terang dan yang menyelisihi di dalamnya adalah pembangkang, penentang dan ucapan untuk menyesatkannya adalah wajib dan berlepas diri darinya disyariatkan." [Qowathi' Al-Adillah 5/13]

Bantahan Syubhat dari Mutawaqqifun:

"Sudah dicukupkan bagi orang yang menegakkan hujjah dan mentabdi' si fulan. Karena menjarh itu fardhu kifayah. Adapun mengajak-ngajak orang lain untuk ikut tabdi' adalah tindakan hizbiyyah semisal ikhwany dan Sururi."
_____

Syubhat ini telah di jawab oleh Syaikhuna Abu Fairuz حفظه الله tentang kapan FARDHU KIFAYAH DAN FARDHU 'AIN DALAM MASALAH VONIS TABDI' MUBTADI'AH?

Bisa didengarkan audionya di link ini: t.me/fawaidMaktabahFairuzAdDailamiy/4537

Sebagai Pelajaran bagi Orang yang Ingin Mengambil 'Ibroh

Ketika terjadi fitnah Abdurrohman Al' Adany di mana Syaikh Yahya memvonisnya sebagai hizby mub'tadi dan ulama lainnya bersikap mutawaqqif akan hal tersebut, seperti Muhammad Al Imam, Muhammad Al Wushoby, Al-Buro'i, As-Salimy, Adz-Dzamary, dan lainnya dengan alasan Syaikh Robi' belum memvonis, walaupun mereka Muhammad Imam dan Ashabul Ibanah, mengingkari fitnah Al-Adany seperti ucapannya Muhammad Imam Al-Hizby kepada Al-Adany: "engkau kobarkan api fitnah di bawa kedua kakimu."

Tapi apa akhir kesudahan yang jelek dari sikap tawaqquf mereka?

Mereka berada di pihak Al-Adany dan menjadi hizbiyyin.

Dan lihat sekarang; Ketika terjadi fitnah TN abu Hazim, di mana Syaikh Abu Fairuz memvonisnya sebagai hizby mub'tadi yang didukung oleh Syaikh Thoriq dan Syaikh Abu Amr dan sementara ustadz-ustadz lainnya bersikap mutawaqqif akan hal tersebut, seperti Mujahid Pinrang, Ridwan Pinrang, Ridwan Ambon, Hasan Bugis, Abu Yahya, Abu Ja'far, Irham Purwerjo, dan selain mereka, dengan alasan Syaikh Yahya belum memvonis, walaupun mereka mengingkari fitnahnya TN.

Tapi apa akhir kesudahan yang jelek dari sikap tawaqquf mereka?

Berkata Ustadzuna Abu Abdurrahman Shiddiq حفظه الله: "Cepat atau lambat larinya ke situ kecuali apabila dia bertaubat dan meninggalkan ajakannya kepada taqlid dan syubuhat-syubuhatnya."

Edisi mikir.....
والله اعلم بالصواب

_______________________________

Telah Dikoreksi oleh: Ustadzuna Abu Abdurrahman Shiddiq Al Bughisy حفظه الله

Disusun: Abu Hanan As-Suhaily
13 Muharram 1444 - 11/8/ 2022

Sumber:  t.me/Nashihatulinnisa/9254
Judul: Dari Sumbernya.
Diposting & Diedit seperlunya di Blog ini.
hizbiy Allah Hurairah qadhi qadhiy qodhiy thariq ghani ghoniy ghaniy nasehat kaedah taimiyah ibrah raabi roobi Ibrahimiy israil batil kebatilan hakekatnya ridha
Lebih baru Lebih lama

نموذج الاتصال