X Mohon maaf! Sebagian besar Audio lama di blog ini tidak bisa diputar disebabkan server audio yang bermasalah, jadi akan diusahakan untuk dialihkan ke server yang lain. Terimakasih!

JS Post by Label

Persamaan Thoriqoh Hizbiyyah yang Ditempuh Ashabu TN bersama Pengikutnya dengan Thoriqoh Hizbiyyah Al Mar'iyyah (Bagian 15)

Al-Ustadz Abu Hanan Utsman As-Sandakaniy .
سعيهم للإتراس من وراء التزكيات لهدم الإنتقادات الصحيحة.

"Upaya mereka untuk berlindung di belakang tazkiyyah dengan maksud meruntuhkan kritikan-kritikan yang shohih."

Inilah thoriqoh hizbyah Al-Mariyyah yaitu berlindung di belakang tazkiyyah ulama, sementara ada jarh yang terperinci. [Lihat dalam kitab Madza Yanqimun 'ala Asy-Syaikh Al-Hajury 1/38.]

Dan ini menyelisihi manhaj salaf karena kaidah:

الجرح المفصل او المفسر مقدم على التعديل.

"Jarh (kritikan) yang rinci itu lebih dikedepankan dari pada pujian." [Lihat Kifayah 175-176, Al-Muqoddimah hal. 99, An-Nukat 3/361-362, Fathul Mughits 2/191]

Dan ulama yang memberikan pujian, atau merekomendasi dan mengatakan si fulan di atas kebaikan dan seterusnya, karena itu dibangun atas apa yang nampak pada ulama tersebut, dan prasangka baiknya ia terhadap si Fulan.

Na'am di sisi kita ada suatu manhaj yang dengannya bisa dibedakan mana yang ahli haq dan mana yang ahli bathil, maka seandainya Imam Ahmad datang sekarang dan memberikan tadzkiyyah pada si Fulan dan si Fulan dan kemudian kita mendapatkan pada si Fulan tersebut tidak pantas dengan tadzkiyyah tersebut dari ucapannya, amalannya, tulisannya, kaset-kasetnya, rekaman audionya, apakah boleh bagi kita untuk bergantung dengan tadzkiyyah alim ulama tersebut?? Tentunya tidak boleh, sebab jarh yang rinci lebih dikedepankan dari pujian yang global.

Dan sementara yang menjarh si fulan itu (abu hazim) dibangun di atas ilmu dan bukti atau kenyataan yang ada. Dan tentunya ini ada tambahan ilmu bagi orang yang menjarhnya.

Dan kita katakan bagi mereka yang bergantung pada pujian global dari ulama:

من الضعف العلمي التعلق بالتزكية مع وحود الجرح المفسر.

"Dari kelemahan ilmiah keilmuan seseorang adalah bergantung dengan tadzkiyyah, bersamaan itu ada jarh yang terperinci terhadapnya."

Dan hujjah kita pada dalil, dan bukan terletak pada ucapan ulama.

العلماء يستدل لأقوالهم

Ulama itu dituntut dalil atas ucapannya.

ولا يستدل بها

Dan bukan dijadikan dalil.

Inilah yang serupa ditempuh oleh Ashabu TN.
Mereka berupaya mendatangi Syaikh Yahya atau menghubungi masyaikh lain demi mendapatkan pujian terhadap abu Hazim dan kemudian mengangkat pujian para ulama terhadapnya dan menyebarkan, kemudian mengubur jarh atas dirinya.

والله لو زكاه ابن باز والألباني الوادعي ما نفعه هذا، ما دام هو جرّح نفسه بمواقفه وبأفكاره وبالمناهج الملتوية التي سلكها في محاربة أهل الحق.

"Demi Alloh seandainya dia ditazkiyah (direkomendasi) oleh Ibnu Baz dan Al-Albani, Al Wadi'iy, maka ini tidak bermanfaat terhadapnya selama dia menjarh dirinya sendiri dengan sikap-sikapnya, pemikiran-pemikirannya, dan manhaj-manhaj yang bengkok yang dia tempuh di dalam memerangi ahli Haq."

Kemudian kita katakan pada mereka:

الجرح المفسر إذا قام على ادلة صريحة لا يرده الا مكابر ومعاند.

"Jarh yang terperinci, jika tegak dengannya dalil-dalil yang jelas, maka tidak ada yang menolaknya kecuali orang yang sombong, penentang lagi keras kepala."

Maka jika ada seorang alim, yang mengetahui keadaan orang yang dijarh dengan jarh yang terperinci, maka wajib diterima jarhnya.

Berkata Syaikhuna Abu Hatim Yusuf Al-Jazairy حفظه الله:

وهذا أصل أصيل، لا يتزحزح عنه أهل الحديث إلا بدليل ينقل عنه إلى غيره؛ فإذا وُجد من أهل الشأن من حكم بعدالة شخص بناء على ما ظهر له من أقواله وأعماله، وخلت ساحته عن قدح جارح معتبر؛ فالقول قول المعدل.

لكنْ إذا جاء من أهل الشأن من أبرز من الأدلة ما ينافي هذا الأصل بجرح معتبر؛ فلا يجوز التمسك بذلك التعديل لكونه مبنيا على الظاهر، والواجب تقديم هذا الجرح المفسر لما تضمنه من زيادة خفيت على المعدل، وهذه الزيادة تقبل من العدل للأدلة التي أوجبت ذلك، كقوله تعالى: (يأيها الذين آمنوا إن جاءكم فاسق بنبإ فتبينوا) [الحجرات: ٦].

وعدم قبول هذه الزيادة اتهام له بالكذب، وقد علمنا أن ورعه وصدقه يمنعه من ذلك.
كما أن قبولنا لجرحه لا يستلزم القدح في المعدل الذي حكم بما ظهر له من حال ذلك الشخص...

"Dan ini adalah prinsip dasar (menghukumi seseorang sesuai dzhohirnya), yang mana ahli hadits tidak akan goncang kecuali dengan dalil yang akan memindahkan dari dalil tersebut kepada selainnya.

Maka jika didapatkan dari orang yang ahli dalam perkara ini yang menghukumi dengan 'adaalah pada seseorang karena dibangun atas apa yang nampak padanya dari ucapannya dan amalannya dan kosong dari tuduhan dari celaan yang menjarh yang teranggap, maka ucapan yang diterima adalah ucapan yang memberikan pujian.

Akan tetapi jika datang dari orang yang ahli dari perkara ini yang menampakkan dalil-dalil yang menafikan hukum asal tadi (pujian pada dirinya) dengan jarh yang teranggap, maka tidak boleh berpegang dengan pujian tersebut dikarenakan pujian itu dibangun atas apa yang nampak darinya, dan sementara yang wajib adalah mengkedepankan jarh yang terperinci dikarenakan terkandung di dalamnya berupa tambahan ilmu yang tersembunyi/ tersamarkan atas yang memuji, dan tambahan ini diterima dari orang yang adil, berdalilkan dengan dalil yang mewajibkan atas hal itu, seperti firman Alloh:

يأَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِنْ جَاءَكُمْ فَاسِقٌ بِنَبَإٍ فَتَبَيَّنُوا...

"Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepada kalian orang fasiq membawa suatu berita, periksalah dengan teliti."

Dan tidak adanya penerimaan tambahan ilmu dari yang menjarh tersebut, maka ini kecurigaan terhadapnya dengan kedustaan, dan sementara kita telah mengetahui bahwa waro'nya dan kejujurannya menghalanginya dari kedustaan.

Sebagaimana penerimaan kita terhadap jarhnya, maka ini tidak mengharuskan celaan bagi yang memuji yang telah menghukumi atas apa yang nampak padanya dari keadaan orang tersebut (yang dipuji)."

[Fatwa beliau dalam chanelnya.]

Dan jika ada seseorang 'alim lagi adil, menentang jarh tersebut, maka ketika itu dilihat dan dipelajari apa yang telah diucapkan dari kedua belah pihak antara si penjarh dan si pemuji.

Maka jika jarhnya mu'tabar yang menjarh abu hazim terperinci dan dijelaskan, maka itu dikedepankan atas pujian terhadapnya, walaupun banyak ulama yang memujinya.

Dan jika datang seorang 'alim dengan jarh yang rinci, sementara ada 20 ulama menyelisihinya, yang mereka tidak punya dalil, kecuali hanya persangkaan baik dan melihat dzohirnya (orang yang telah dijarh), dan alim tadi yang menjarh (mengkritik) punya dalil atas jarhnya terhadap orang tadi, maka jarhnya lebih dikedepankan. Karena yang menjarh itu bersamanya hujjah dan hujjah lebih dikedepankan.

Bukanlah termasuk manhaj salaf, mendahulukan ta’dil (pujian) saat terdapat jarh (kritikan) yang terperinci, kecuali apabila ulama yang men-ta’dil menyebutkan sebab jarh, kemudian menolak jarh tersebut dengan ilmu.

Dan uslub seperti itu dengan cara berlindung di balik tadzkiyyah ulama untuk merobohkan kritikan yang shohih adalah manhajnya ahli ahwa, dan mereka akan membatalkan dan menjadikan sia-sia usaha dari para penasihat dan perjuangan orang yang membela agama ini, dan mereka akan merangkul banyak orang bahkan dari kebanyakan orang yang menyandarkan dirinya pada ilmu dan akan menjadikan dari mereka sebagai tentara untuk memerangi manhaj salaf dan membela orang yang telah dikritik.

Maka kita katakan:

فلا جديد فى هذه الفتنة إنما هو التجديد فقط من هذه طريقة الحزبية.

"Maka tidak ada yang baru dalam fitnah ini, hanya saja itu adalah pembaharuan saja dari thoriqoh hizbiyyah."

Dan hal ini juga kami tanyakan pada ulama tentang keadaan orang-orang seperti ini:

[24/5 07:05] ابو حنان عثمان السندكاني: السلام عليكم ورحمة الله وبركاتة. احسن الله إليك يا شيخنا.
هل يعتبر من طريقة الحزيية يعني الشخص يذهب الى علماء السنة بقصد إستخراج تزكيتهم أو ثناءهم لرجل فينعش بها باطله ويترس من وراء التزكيات لهدم الإنتقادات الصحيحة؟

"Assalamualaikum warahmatullahi wa barakatuh. AhsanAllohu ilaika Ya syaikhana: Apakah teranggap dari thoriqoh hizbiyyah yaitu seseorang pergi ke ulama sunnah (atau menghubunginya pent') dengan maksud mengeluarkan tadzkiyyah (rekomendasi) mereka atau pujian mereka kepada seseorang (yang telah dikritik dan dijarh), sehingga dengan pujian ulama tersebut akan bangkit kebathilannya dan dia akan berlindung di belakang tadzkiyyah untuk menghancurkan kritikan-kritikan yang shohih?"

* Jawaban Syaikhuna Fathul Qodasy حفظه الله:

[24/5 11:17] الشيخ فتح ق: وعليكم السلام ورحمة الله وبركاته.
[24/5 11:18] الشيخ فتح ق: إن كان كما تقول فهي من طريقة أهل الهوى.

"Wa Alaikum salam warahmatullah wabarakatuh. Jika itu seperti apa yang kamu katakan, maka itu adalah dari thoriqoh ahli ahwa."

* Jawaban Syaikhuna Abdul Ghony Al Umary حفظه الله:

وعليكم السلام ورحمة الله وبركاتة.
هذا من التستر ان الإنسان ذاهب وجالس الى العلماء لإنتظار من اجل أن يصدر ما هو فيه من الباطل، هذا ليس من شان اهل السنة ودعوة السلفية.

"Ini merupakan dari bentuk menutupi (menyembunyikan hakikat diri seseorang), di mana seseorang pergi dan duduk di hadapan ulama ahli sunnah, menunggu apa yang bersumber tentang orang tersebut yang padanya ada kebathilan (berupa pujian atau tadzkiyyah, pent'). Dan ini bukan dari perkaranya ahli sunnah dan dakwah salafiyyah." [Selesai penukilan]

Wahai Ikhwah sekalian, teruslah sadar dan bangkit, sebab jalan ini masih panjang dan berat, akan terjatuh dan terseret di dalamnya:

المذبذب

Orang yang bimbang,

والمخذل

Orang yang menelantarkan dari menolong Al Haq,

و المدسوس

Penyusup,

و ذوالوجهين

Mutalawwin / punya dua wajah,

و الإمعة

Yang mengikuti kebanyakan orang,

و المقلد

Muqollid,

والمتوقف

Mutawaqqif (¹),

و تابع كل ناعق ...

Dan pengikut akan ajakan setiap orang yang berteriak.

Tapi ketahuilah: Akan tetapi Alloh akan menjadi penolong terhadap al-haq dan akan meninggikannya di atas kebathilan, walaupun kebathilan itu menyala-nyala dan para pengasungnya berhujjah terhadap kebathilannya dengan menghiasi ucapan mereka.

Dan Alloh akan mengkokohkan di atas Al haq siapa yang jujur dan ikhlas pada penyandarannya terhadap manhaj ini dan siapa yang Alloh menginginkan padanya kebaikan dan sebaliknya orang yang di dalam hatinya ada penyakit dan penyimpangan, maka ia akan terhanyut bersama dengan derasnya arus kebathilan.

Alloh تعالى berfirman:

فَلَمَّا زَاغُوا أَزَاغَ اللَّهُ قُلُوبَهُمْ ۚ

"Maka tatkala mereka berpaling (dari kebenaran), Alloh memalingkan hati mereka; dan Alloh tidak memberi petunjuk kepada kaum yang fasiq." [QS. Ash-Shaff: 5]

Dan kita adalah ummat yang mengikuti dalil, hujjah dan burhan, bukan ummat yang buta dan fanatik buta.

Kaidah jarh wa ta'dil itu telah tetap, jelas bagaikan terangnya matahari di siang hari.

Jarh yang terperinci lebih dikedepankan dari pujian yang global.

Maka jika telah tetap satu kesalahan terhadap orang yang dijarh dengan dalil dan telah tegak hujjah atasnya, maka cukup bagi seorang salafy satu dalil untuk mengambil sikap....

فكيف وهى أطنان من المخالفات.

"Maka bagaimana lagi dan itu banyak dari penyelisihan penyelisihan."

الحق أبلج والباطل لجلج.

"Kebenaran itu bercahaya dan kebathilan itu gelap gulita."

Lihat penyimpangan yang banyak dari abu Hazim yang dikumpulkan oleh akhuna Abu Abdillah Rahmat حفظه الله di link ini.

https://t.me/Fawaaid_Sulteng/5152

Dan mauqif sebagian orang yang tidak mau menerima jarh mufasssar / rinci maka, kita katakan:

فيه تشابه واضح من الحلبي والشبهات والأمثلة متقاربة.

"Padanya terdapat penyerupaan yang jelas dari Al-Halaby Al-Hizby Al-Mubtadi, syubhat-syubhat dan contoh-contohnya hampir sama."

Dan para ulama telah membantah syubhat Al-Halaby tersebut yang termuat dalam bukunya yang sesat dengan judul "Manhaj salafus sholih 102-104".

Dan sikap mutawaqqif ini akan menimbulkan fitnah dan pergulatan antara sesama salafiyyin dengan tidak mau menerima jarh yang terperinci untuk lebih dikedepankan dari pujian yang global.

Dan hal ini juga kami tanyakan pada ulama Yaman:

[12/7 10:03] ابو حنان عثمان السندكاني: السلام عليكم ورحمة الله وبركاتة. احسن الله إليك يا شيخنا.

إذا جرح العالم الناقد شخصا بالحجج والبراهين التى تدينه وخالف الناقد المتوقفون وعدم التسليم بجرحه المفسر ورفض حججه فذلك يؤدي الى حدوث الفتن والصراع بين السلفيين.

فما نصيحتك يا شيخنا لهؤلاء المتوقفين؟
فما الموقف الصحيح فى مثل هذه الحال؟؟

"Assalamualaikum warahmatullahi wa barakatuh.AhsanAllohu ilaika ya syaikhana.
Jika alim yang mengkritik telah menjarh seseorang dengan hujjah dan burhan yang merendahkan orang tadi dan sementara orang yang mutawaqqif menyelisihi si pengkritik dan tidak menerima jarhnya yang rinci dan menolak hujjah-hujjahnya, maka itu akan mengantarkan munculnya fitnah dan pergulatan antara sesama salafiyyin.

Apa nasihatmu wahai syaikhana terhadap mereka yang mutawaqqif (¹)?
Dan apa sikap yang benar pada semisal keadaan ini?"

* Jawaban Syaikhuna Thoriq Al-Ba'dany حفظه الله:

[12/7 11:30] الشيخ طارق: وعليكم السلام ورحمة الله وبركاته
المثبت مقدم على النافي. والجرح المفسر مقدم على التعديل المبهم. فعند اعمال هذه القواعد يزول الإشكال.

"Wa Alaikum salam warahmatullahi wa barakatuh. Kaidah: Yang menetapkan lebih dikedepankan dari yang menafikan. Dan jarh yang terperinci lebih dikedepankan atas pujian global. Maka ketika mengamalkan kaidah-kaidah tersebut, problem/ permasalahan yang rumit akan hilang."

* Jawaban Syaikhuna Abdul Ghony Al-Umary حفظه الله:

وعليكم السلام ورحمة الله وبركاتة.
إذا بين الجارح الجرح وفسره ويينه ووضحه بادلته ينظر فى هذا الجرح جرح يعتبر مسلم له وينظر فى هذا الجرح، هل جرحه لهذا شخص يخرجه بجرحه هذا عن دائرة اهل السنة هذا جرحه معتبر.

وإذا كان الجرح لا يخرجه ولكن يجعله فى قائمة الخطأ وفقا لهذا الجرح.
فليس كل جرح يخرج المجروح عن دائرة اهل السنة.
فقد أجرحك بجرح يخرجك عن دائرة وقد جرحك بجرح لا يخرجك ذلك عن دائرة اهل السنة لكن يبين الحال الذي انت عليه.

والقاعدة تقول الجرح المفسر مقدم على التعديل المجمل.
إذا فلان عدل فلانا فجاء الشخص جرح فيه وفسر جرحه.
فالجرح المفسر مقدم على التعديل المجمل.

"Jika yang menjarh menjelaskan jarhnya dan merincinya dan memperjelas dengan dalilnya, maka jarhnya teranggap, diterima untuknya.

Dan kemudian dilihat pada jarh tersebut, Apakah dengan jarhnya terhadap orang tersebut mengeluarkannya dari lingkup ahli sunnah, maka jarhnya teranggap.

Dan jika jarh tersebut tidak mengeluarkannya, akan tetapi menjadikan pada daftar kesalahan, maka sesuai dengan jarh tersebut.

Bukanlah setiap jarh mengeluarkan siapa yang di jarh dari lingkup ahli Sunnah. Maka kadang jarh mengeluarkanmu dari lingkup ahli sunnah dan kadang tidak mengeluarkan, akan tetapi dijelaskan keadaan yang kamu berada diatasnya.

Dan kaidah mengatakan :
Jarh yang terperinci lebih dikedepankan dari pujian yang global.
Jika Fulan telah memuji Fulan, kemudian datang seseorang menjarhnya dan merinci jarhnya, maka berlaku kaidah: Jarh yang terperinci dikedepankan atas pujian yang global."

[Selesai penukilan.]
_______________________________

Telah dikoreksi oleh: 
* Syaikhuna Abu Fairuz Al-Indonisy حفظه الله, Dan beliau mengatakan: "insya Alloh ini adalah risalah yang baik."
* Ustadzuna Abu Abdirrohman Shiddiq Al-Bughisy حفظه الله
__________

[1] Syaikhuna Abu Fairuz menambahkan faedah tentang siapa itu mutawaqqif dalam fitnah:

ARTI DARI MUTAWAQQIF DALAM FITNAH

MUTAWAQQIF jangan diartikan orang yang mengambil sikap tengah, kita wajib mengambil sikap tengah, i'tidal, pertengahan, tawasshuth,

Tawaqquf yaitu mengambil waqof yaitu berhenti, Jadi mutawaqqif adalah orang yang berhenti dari mengambil sikap, tidak memutuskan ini dan tidak memutuskan itu, yaitu dzohirnya, walaupun mungkin dalam hatinya dia condong kepada ahli bathil, tetapi agar tidak dicela dia memilih tawaqquf,

Tawaqquf seakan akan dia di tengah tetapi tidak, secara maknanya tawaqquf yaitu dia melakukan waqof yaitu berhenti, berhenti dari mengambil keputusan, tidak memutuskan setuju, tidak memutuskan tidak setuju, ini lah tawaqquf, yaitu tidak mau memberikan keputusan, apakah fulan hizbi atau tidak, inilah tawaqquf. 


Disusun oleh: Abu Hanan As-Suhaily
18 Dzul_hijjah 1443- 17/7 2022

Sumber:  t.me/Nashihatulinnisa/9096
Diposting & Diedit seperlunya di Blog ini.
Judul: dari Sumbernya dengan sedikit perubahan.
thariqah Alloh hizbiyah kaedah muqaddimah batil hakekat salafiyah muqallid ashaabu thariq penasehat qadasy nasehat ghany ghaniy umariy kebatilan tadzkiyah ilmiyah ilmiah ilmiyyah Wadi'y fasik wara dzahirnya dzahir dzohir shahih
Lebih baru Lebih lama

نموذج الاتصال