JS Post by Label

Berpegang Teguh pada Kebenaran Bukanlah Penyebab Perpecahan

Asy-Syaikh Abu Fairuz Abdurrohman Al-Jawiy Al-Indonesiy . Kemudian sesungguhnya Allah ta'ala memerintahkan kita untuk mengikuti jalan-Nya yang lurus. Allah ta’ala berfirman:

وَأَنَّ هَٰذَا صِرَٰطِى مُسْتَقِيمًا فَٱتَّبِعُوهُ ۖ وَلَا تَتَّبِعُوا۟ ٱلسُّبُلَ فَتَفَرَّقَ بِكُمْ عَن سَبِيلِهِۦ ۚ ذَٰلِكُمْ وَصَّىٰكُم بِهِۦ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ

“Dan bahwa (yang Kami perintahkan ini) adalah jalan-Ku yang lurus, Maka ikutilah Dia, dan janganlah kalian mengikuti jalan-jalan (yang lain), karena jalan-jalan itu mencerai-beraikan kalian dari jalan-Nya. Yang demikian itu diperintahkan Allah agar kalian bertakwa.” [QS. Al An’am: 153].

Ini adalah dalil yang jelas yang menunjukkan bahwasanya mengikuti Ash Shirathul Mustaqim itulah yang menjamin terpeliharanya Jama’ah (persatuan) dengan seidzin Allah, dan menunjukkan bahwasanya sikap menyimpang dari itu akan menyebabkan pelakunya menjauh menuju ke jalan-jalan yang beraneka ragam, maka itulah sebab timbulnya furqah (perpecahan).

Al Imam Ath Thabariy رحمه الله berkata tentang ayat tadi: “Itu adalah jalan Allah, yaitu: rute-Nya dan agama-Nya yang Dia ridhai untuk para hamba-Nya. “Dalam keadaan mustaqim”, yaitu: lurus tanpa ada kebengkokan dari kebenaran. “Maka ikutilah dia”, yaitu: amalkanlah dia, dan jadikanlah dia sebagai minhaj (metode) untuk kalian tempuh. Maka ikutilah dia “Dan janganlah kalian mengikuti jalanjalan lain”, yaitu: janganlah kalian menempuh jalan yang lain. Dan janganlah kalian menjalani rute yang lain, juga janganlah kalian mencari agama yang menyelisihinya, baik itu agama Yahudi, Nahraniy, Majusi, penyembahan pada berhala, dan agama-agama yang lain, karena itu semua adalah bid’ahbid’ah dan kesesatan-kesesatan “Yang menyebabkan kalian terpecah-belah dari jalan-Nya”, yaitu: jika kalian mengikuti jalan-jalan yang dibuat-buat tadi, kalian akan tercerai-berai yang mana itu tadi bukanlah jalan, metode ataupun agama Allah. “Dari jalan-Nya”, yaitu: dari rute dan metode Allah yang Dia syariatkan dan Dia ridhai untuk kalian, yaitu Islam yang Dia wasiatkan kepada para Nabi dan Dia perintahkan pada umat-umat sebelum kalian untuk memeluknya.

“Yang demikian itu Dia wasiatkan kepada kalian” Allah تعالى berfirman: inilah yang diwasiatkan oleh Rabb kalian kepada kalian, dari ucapan-Nya pada kalian: “Dan bahwa (yang Kami perintahkan ini) adalah jalan-Ku yang lurus, Maka ikutilah Dia, dan janganlah kalian mengikuti jalan-jalan (yang lain), karena jalan-jalan itu”, Dia mewasiatkan itu pada kalian “Agar kalian bertakwa” yaitu: agar kalian bertakwa kepada Allah tentang urusan diri kalian sehingga kalian tidak membinasakan diri kalian sendiri, dan agar kalian mewaspadai Rabb kalian pada diri kalian sehingga kalian tidak sampai membuat-Nya murka kepada diri-diri kalian lalu Dia menimpakan pada kalian hukuman dan siksaan-Nya.”

[Selesai dari “Tafsiruth Thabariy”/12/hal. 228-229].

Al Imam Al Qurthubiy رحمه الله berkata: “Ash Shirath adalah: jalan yang mana dia adalah agama Islam. Mustaqiman di dalam i’rab dia itu dimanshubkan karena sebagai hal (keadaan). Dan maknanya adalah: seimbang dan lurus, tidak ada kebengkokan di dalamnya. Maka Allah memerintahkan agar kita mengikuti jalan-Nya yang Dia buat dan Dia syariatkan melalui lisan Nabi-Nya Muhammad صلى الله عليه وسلم ,dan ujungnya adalah Surga. 

Ada beberapa jalan yang bercabang-cabang dari jalan tadi. Barangsiapa menempuh jalan yang besar tadi, maka dia akan selamat. Namun barangsiapa keluar menuju ke jalanjalan yang itu, hal itu akan menyebabkan dirinya menuju kepada Neraka. Allah ta’ala berfirman: “Dan janganlah kalian mengikuti jalan-jalan (yang lain), karena jalan-jalan itu mencerai-beraikan kalian dari jalan-Nya.” Yaitu: menyimpang.” 

[Selesai dari “Tafsirul Qurthubiy”/7/hal. 137].

Al Imam Ibnu Katsir رحمه الله berkata: “Firman Allah ta’ala: “Maka ikutilah jalan tadi, dan janganlah kalian mengikuti jalan-jalan (yang lain), karena jalan-jalan itu mencerai-beraikan kalian dari jalan-Nya.” Allah سبحانه و تعالى menjadikan jalan-Nya itu satu saja karena kebenaran itu hanyalah satu. Maka dari itu Dia menjadikan jalan-jalan yang lainya itu jama’ karena tercerai-berainya mereka dan bercabang-cabangnya mereka. Itu sebagaimana dalam firman Allah ta’ala:

ٱللَّهُ وَلِىُّ ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ يُخْرِجُهُم مِّنَ ٱلظُّلُمَٰتِ إِلَى ٱلنُّورِ ۖ وَٱلَّذِينَ كَفَرُوٓا۟ أَوْلِيَآؤُهُمُ ٱلطَّٰغُوتُ يُخْرِجُونَهُم مِّنَ ٱلنُّورِ إِلَى ٱلظُّلُمَٰتِ ۗ أُو۟لَٰٓئِكَ أَصْحَٰبُ ٱلنَّارِ ۖ هُمْ فِيهَا خَٰلِدُونَ

“Allah adalah Wali (Pelindung dan Pengurus) orang-orang yang beriman; Dia mengeluarkan mereka dari kegelapankegelapan (berbagai jenis kekafiran dan kesesatan -pen) kepada satu cahaya (keimanan dan petunjuk). Sedangkan orang-orang yang kafir; pelindung-pelindung mereka adalah thaghut (apa saja yang disikapi secara melampaui batas dalam keadaan dia rela –pen), dia mengeluarkan mereka dari satu cahaya kepada kegelapan-kegelapan. Mereka itu adalah penghuni Neraka dalam keadaan mereka kekal di dalamnya.” (QS. Al-Baqarah: 257)"

[Selesai dari “Tafsir Ibni Katsir”/3/hal. 367].

Al Imam As Sa’diy رحمه الله berkata: “Dan bahwasanya ini adalah jalan-Ku dalam keadaan mustaqim”, yaitu: hukum-hukum ini dan yang semisal dengannya yang Allah terangkan dan Allah jelaskan di dalam Kitab-Nya kepada para hamba-Nya adalah jalan Allah yang akan menyampaikan mereka kepada-Nya dan kepada Negeri Kemuliaan-Nya (Surga –pen), jalan yang pertengahan, yang mudah dan singkat.

“Maka ikutilah dia”, agar kalian meraih keberuntungan dan kebahagiaan, mencapai angan-angan dan kegembiraan.

“Dan janganlah kalian mengikuti jalan-jalan lain”, yaitu: menyesatkan kalian darinya, dan mencerai-beraikan kalian ke kanan dan ke kiri jika kalian tersesat dari jalan yang lurus. Maka tidak ada di sama selain jalan yang menyampaikan kepada Neraka Jahim.” 

[Selesai dari “Tafsirus Sa’diy”/hal. 280]. 

Penjelasan ini sudah cukup terang bahwasanya yang menyebabkan timbulnya perpecahan adalah orang yang memisahkan diri dari jalan yang lurus dan mengikuti hawa nafsunya, bukannya orang yang setia di atas jalan yang lurus tadi. 

Al Imam Al Albaniy رحمه الله berkata: “Sesungguhnya garis itu jika bengkok, sejak dari kepalanya; setiap kali dia berjalan ke depan dia hanyalah akan terus bertambah menyimpang dan menjauh dari garis yang lurus yang mana Rabbul alamin berfirman di dalam Al Qur’an yang mulia (yang artinya): “Dan bahwa (yang Kami perintahkan ini) adalah jalan-Ku yang lurus, Maka ikutilah Dia, dan janganlah kalian mengikuti jalan-jalan (yang lain), karena jalan-jalan itu mencerai-beraikan kalian dari jalan-Nya.” (QS. Al An’am: 153). [“Mausu’atul Albaniy Fil ‘Aqidah”/1/hal. 236].

Allah ta’ala juga berfirman:

إِنَّ ٱلَّذِينَ فَرَّقُوا۟ دِينَهُمْ وَكَانُوا۟ شِيَعًا لَّسْتَ مِنْهُمْ فِى شَىْءٍ ۚ إِنَّمَآ أَمْرُهُمْ إِلَى ٱللَّهِ ثُمَّ يُنَبِّئُهُم بِمَا كَانُوا۟ يَفْعَلُونَ

“Sesungguhnya orang-orang yang memecah belah agamaNya dan mereka menjadi bergolongan-golongan, tidaklah engkau termasuk dari mereka sedikitpun. Sesungguhnya urusan mereka hanyalah terserah kepada Allah, kemudian Allah akan memberitahukan kepada mereka apa yang telah mereka perbuat.”

Al Imam Ath Thabariy رحمه الله berkata tentang ayat tadi: “Dan yang demikian itu adalah karena setiap orang yang tersesat; maka dia itu akan memisahkan diri (مفارق) dari agama Allah. Kelompok-kelompok tadi memecah-belah (فرّقوا) agama Allah yang telah Dia ridhai untuk para hamba-Nya, lalu sebagian dari mereka mengikuti agama Yahudi, yang lain mengikuti agama Nasrani, sebagian yang lain mengikuti Majusi, dan yang demikian itu adalah benar-benar pemecahbelahan, dan jadilah para pemeluknya itu bergolongangolongan tercerai-berai dan tidak terkumpul, maka mereka itu memisahkan diri (فارقوا) dari agama Allah yang benar, dan memecah-belah (فرّقوا) agama-Nya.

Dengan bacaan yang manapun dari pembacaan ayat tadi, maka si pembaca tersebut adalah benar, hanya saja saya memilih bacaan yang paling banyak dibaca, yaitu dengan huruf ra yang ditasydid, dari lafazh (فرّقوا).

[“Tafsiruth Thabariy”/12/hal. 269]. 

Al Imam Ibnu Katsir رحمه الله berkata: “Yang nampak adalah bahwasanya ayat tadi bersifat umum berbicara tentang setiap orang yang memisahkan diri dari agama Allah, dan dia itu menyelisihi agama-Nya, karena sesungguhnya Allah mengutuskan Rasul-Nya dengan membawa petunjuk dan agama yang benar untuk Dia memenangkannya di atas seluruh agama. Dan syariat-Nya itu satu saja, tidak ada perselisihan dan perpecahan di dalamnya. Maka barangsiapa berselisih di dalamnya dan mereka bergolongan-golongan, yaitu: berkelompok-kelompok bagaikan para pemeluk agama-agama dan aliran-aliran –yaitu: hawa nafsu-hawa nafsu dan kesesatan-, maka sungguh Allah telah menjadikan Rasul-Nya berlepas diri dari cara beragama mereka tadi. Dan ayat ini seperti firman Allah ta’ala:

شَرَعَ لَكُم مِّنَ ٱلدِّينِ مَا وَصَّىٰ بِهِۦ نُوحًا وَٱلَّذِىٓ أَوْحَيْنَآ إِلَيْكَ وَمَا وَصَّيْنَا بِهِۦٓ إِبْرَٰهِيمَ وَمُوسَىٰ وَعِيسَىٰٓ ۖ أَنْ أَقِيمُوا۟ ٱلدِّينَ وَلَا تَتَفَرَّقُوا۟ فِيهِ

“Dia telah mensyari'atkan untuk kalian tentang sesuatu yang telah diwasiatkan-Nya kepada Nuh, dan apa yang telah Kami wahyukan kepadamu, juga apa yang telah Kami wasiatkan kepada Ibrahim, Musa dan Isa yaitu: Tegakkanlah agama dan janganlah kamu berpecah belah tentangnya.” (QS. Asy-Syura: 13)

Dan di dalam hadits:

نحن معاشر الأنبياء أولاد علّات, ديننا واحد.

“Kami kumpulan para Nabi adalah anak-anak sebapak, agama kami satu.” (1)

Inilah dia jalan yang lurus itu, dan dia itu adalah apa saja yang didatangkan oleh para Rasul, berupa: peribadatan kepada Allah semata, tanpa ada sekutu untuk-Nya, juga dengan berpegang teguh dengan syariat Rasul yang terakhir. Adapun yang menyelisihi itu maka mereka itu adalah kesesatan-kesesatan, kebodohan-kebodohan, rasio-rasio dan hawa nafsu-hawa nafsu. Para Rasul berlepas diri dari itu semua, sebagaimana firman Allah ta’ala:

إِنَّ ٱلَّذِينَ فَرَّقُوا۟ دِينَهُمْ وَكَانُوا۟ شِيَعًا لَّسْتَ مِنْهُمْ فِى شَىْءٍ

“[Sesungguhnya orang-orang yang memecah belah agama-Nya dan mereka menjadi bergolongan-golongan], tidaklah engkau termasuk dari mereka sedikitpun.” (QS. Al-An'am: 159)"

[Selesai dari “Tafsir Ibni Katsir”/3/hal. 377].
__________
(1) Abu Fairuz وفقه الله berkata: diriwayatkan oleh Al Bukhariy (3446) dan Muslim (2365) dari Abu Hurairah رضي الله عنه yang berkata: Rasulullah صلى الله عليه وسلم bersabda:

أَنَا أَوْلَى النَّاسِ بابْنِ مَرْيَمَ، وَالأنْبِيَاءُ أَوْلَادُ عَلَّاتٍ، ليسَ بَيْنِي وبيْنَهُ نَبِيٌّ.

“Saya adalah orang yang paling berhak berdekatan dengan Ibnu Maryam. Para Nabi itu adalah anak-anak sebapak. Tidak ada Nabi di antara saya dan dia (Isa –pen).”

Dan di dalam satu riwayat dari Muslim (2365) dari Abu Hurairah رضي الله عنه yang berkata:

أَنَا أَوْلَى النَّاسِ بعِيسَى ابْنِ مَرْيَمَ، في الأُولَى وَالآخِرَةِ قالوا: كيفَ؟ يا رَسُولَ اللهِ، قالَ: الأنْبِيَاءُ إِخْوَةٌ مِن عَلَّاتٍ، وَأُمَّهَاتُهُمْ شَتَّى، وَدِينُهُمْ وَاحِدٌ، فليسَ بيْنَنَا نَبِيٌّ.

Rasulullah صلى الله عليه وسلم bersabda: “Saya adalah orang yang paling berhak berdekatan dengan Isa Ibnu Maryam pada Hari Kiamat.” Mereka bertanya: “Bagaimana hal itu wahai Rasulullah?” Beliau menjawab: “Para Nabi itu adalah saudara-saudara sebapak. Ibu mereka berlainan, namun agama mereka itu sama. Lalu tidak ada Nabi di antara saya dan dia (Isa –pen).”

ini hasan lighairih.

Sumber: "Pengikut Sunnah dan Al-Qur'an Bukan Pembuat Perpecahan"/Hal. 17-25 | Asy Syaikh Abu Fairuz Abdurrohman Bin Soekojo Al Indonesiy Al Jawiy
Diposting Diedit seperlunya di Blog ini.
ibrohim khothib khotib khatib qoyyim maksum rafidhah ghonimah sahabat shohabat kebidahan bidah shom syaukani syaukany ahlu bisa dibuang qadhi perkataan Allah Rosul sholeh sholih fuqaha qais rosululloh berkata salah benar taimiyah hurairoh mentaati shohih taklid taqlid bertaklid
Lebih baru Lebih lama

نموذج الاتصال